KONTAN.CO.ID - Harga minyak mentah melanjutkan pelemahan pada perdagangan Selasa (26/11) pagi, memperpanjang tren penurunan dari sesi sebelumnya setelah laporan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hezbollah menekan premi risiko minyak. Melansir Reuters, harga minyak mentah Brentturun 28 sen (0,38%) menjadi US$72,73 per barel pada pukul 01:06 GMT. Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 32 sen (0,46%) menjadi US$68,62 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Anjlok Lebih dari US$2 Senin (25/11), Dipicu Sentimen Ini Pada Senin (25/11), kedua acuan harga minyak ini turun US$2 per barel setelah laporan bahwa Israel dan Lebanon mencapai kesepakatan awal untuk menghentikan konflik, yang memicu aksi jual besar-besaran pada pasar minyak mentah. Analis ANZ menyebutkan bahwa potensi gencatan senjata di Lebanon mengurangi risiko bahwa pemerintahan Donald Trump akan memberlakukan sanksi ketat terhadap minyak mentah Iran. Iran, pendukung utama Hezbollah, memproduksi sekitar 3,2 juta barel per hari (bpd), setara dengan 3% produksi global. Jika Trump kembali menerapkan kebijakan "tekanan maksimum," ekspor minyak Iran dapat berkurang hingga 1 juta bpd, yang dapat memperketat pasokan minyak global. Di Eropa, Kyiv menghadapi serangan drone besar-besaran dari Rusia pada Selasa, menurut Wali Kota Vitali Klitschko.
Baca Juga: Wall Street Menghijau, Indeks Saham Kecil Cetak Rekor Setelah Trump Tunjuk Bessent Konflik Rusia-Ukraina semakin memanas setelah Presiden Joe Biden mengizinkan penggunaan senjata buatan AS untuk serangan ke wilayah Rusia, perubahan besar dalam kebijakan Washington terkait konflik ini. OPEC+ diperkirakan akan mempertahankan pemotongan produksi minyak saat ini pada pertemuan berikutnya, Minggu ini, menurut Menteri Energi Azerbaijan, Parviz Shahbazov. Kelompok ini sebelumnya menunda kenaikan produksi di tengah kekhawatiran permintaan. Dampak Tarif Trump Presiden terpilih Trump mengumumkan rencana memberlakukan tarif 25% pada semua produk impor dari Meksiko dan Kanada.
Baca Juga: Trump Berencana Terapkan Tarif Baru pada Kanada, Meksiko, dan China Namun, dampaknya terhadap impor minyak mentah dari Kanada belum jelas. Sebagian besar ekspor minyak Kanada—sekitar 4 juta bpd—ditujukan untuk AS. Analis memperkirakan Trump tidak mungkin menerapkan tarif pada minyak Kanada karena sulit mengganti pasokan tersebut, mengingat karakteristik minyak Kanada berbeda dari jenis yang diproduksi AS.
Minyak tetap menjadi fokus pasar global, dengan ketidakpastian geopolitik dan kebijakan perdagangan AS yang terus memengaruhi harga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto