Harga Minyak Dunia Landai, Anggaran Subsidi Energi 2024 Diprediksi Memadai



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI telah sepakat subsidi energi pada tahun 2024 sebesar Rp 189,1 triliun. 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, nilai subsidi energi yang akan digelontorkan pada tahun ini masih memadai. 

Salah satunya disebabkan oleh risiko dari sisi harga minyak dunia yang hingga saat ini masih mini. 


“Risiko harga minyak dunia masih minim, karena permintaan minyak dunia pada 2024 cenderung melemah, sejalan dengan tren perlambatan pertumbuhan global,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Rabu (3/1). 

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Bisa Melejit di Akhir Tahun

Dari pemantauan Josua, harga minyak dunia pada tahun 2024 akan berada di kisaran US$ 80 per barel. 

Meski demikian, Josua juga mewanti-wanti adanya kemungkinan yang terbatas untuk harga minyak turun lagi karnea konflik geopolitik yang terjadi. 

Hanya, perkiraan harga minyak tersebut juga dekat dengan asumsi pemerintah dalam APBN 2024, yang sebesar US$ 82 per barel. 

“Sehingga, kami melihat tekanan dari harga minyak masih cenderung tekendali,” tegas Josua. 

Akan tetapi, Josua mengingatkan tetap ada risiko bagi nominal subsidi energi tersebut. Ini datang dari pos subsidi listrik. 

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Masih Bullish, Bagaimana Prospek ke Depan?

Pasalnya, peningkatan konsumsi listrik tak bisa dielakkan, mengikuti pola berlanjutnya pemulihan ekonomi domestik. Sementara itu, tarif listrik juga tidak mengalami perubahan hingga saat ini. 

Sebagai tambahan informasi, total subsidi BBM yang disepakati oleh pemerintah dan DPR tersebut terdiri dari beberapa alokasi. 

Untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM) tertentu, pemerintah akan menggelontorkan sebesar Rp 25,82 triliun. 

Kemudian, untuk subsidi LPG 3 kg, pemerintah akan merogoh kocek hingga Rp 87,45 triliun. 

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Bisa Terbang ke Level US$ 100 per Barel pada Akhir Tahun

Sedangkan untuk subsidi listrik, ada anggaran sebesar Rp 75,83 triliun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli