Harga Minyak Dunia Lanjutkan Penurunannya Senin (2/9), Tertekan Prospek Pasokan OPEC+



KONTAN.CO.ID - Harga minyak melanjutkan penurunannya pada hari Senin (2/9). Dengan investor mempertimbangkan kemungkinan peningkatan produksi OPEC+ mulai Oktober di tengah penurunan tajam output dari Libya dan permintaan yang lesu di China dan AS, dua konsumen minyak terbesar di dunia.

Melansir Reuters, kontrak berjangka minyak Brent turun 57 sen, atau 0,7%, menjadi US$76,36 per barel pada pukul 01:08 GMT. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) merosot 50 sen, atau 0,7%, menjadi US$73,05 per barel.

Baca Juga: Bursa Australia Turun Terseret Saham Tambang dan Energi pada Senin (2/9)


Penurunan ini mengikuti penurunan 0,3% untuk Brent minggu lalu dan penurunan 1,7% untuk WTI.

Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, akan melanjutkan rencana peningkatan output minyak mulai Oktober, menurut enam sumber dari kelompok produsen yang dilaporkan Reuters.

Delapan anggota OPEC+ dijadwalkan untuk meningkatkan output sebesar 180.000 barel per hari pada bulan Oktober, sebagai bagian dari rencana untuk memulai pengurangan lapisan terakhir pemotongan output mereka sebesar 2,2 juta barel per hari, sambil mempertahankan pemotongan lainnya hingga akhir 2025.

“Ada kekhawatiran bahwa OPEC akan melanjutkan rencana peningkatan output mulai Oktober,” kata analis pasar IG, Tony Sycamore.

“Namun, saya pikir hasilnya tergantung pada harga, yaitu jika harga WTI lebih mendekati US$80 daripada US$70.”

Di Libya, Arabian Gulf Oil Company telah melanjutkan produksi hingga 120.000 barel per hari untuk memenuhi kebutuhan domestic.

Baca Juga: Harga Minyak Jatuh karena Pasokan Meningkat dan Ketidakpastian Pemangkasan Suku Bunga

Sedangkan ekspor masih terhenti, kata para insinyur pada hari Minggu, setelah ketegangan antara faksi-faksi menutup sebagian besar ladang minyak negara tersebut.

Baik Brent maupun WTI telah mengalami kerugian selama dua bulan berturut-turut karena kekhawatiran ekonomi di China dan AS mengalahkan gangguan pasokan dari Libya dan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Aktivitas manufaktur China turun ke level terendah enam bulan pada bulan Agustus seiring dengan turunnya harga pabrik dan kesulitan pemilik dalam mendapatkan pesanan, menurut survei resmi yang dirilis pada hari Sabtu, menekan pembuat kebijakan untuk melanjutkan rencana stimulus tambahan untuk rumah tangga.

“PMI China yang lebih lemah dari yang diperkirakan yang dirilis selama akhir pekan meningkatkan kekhawatiran bahwa ekonomi China akan gagal mencapai target pertumbuhan,” kata Sycamore.

Baca Juga: Ekspor Minyak Libya Terhenti karena Pasokan Minyak Mentah Menyusut

Di AS, konsumsi minyak melambat pada bulan Juni ke tingkat musiman terendah sejak pandemi virus corona 2020, menurut data dari Administrasi Informasi Energi AS yang dirilis pada hari Jumat.

“Kami melihat penurunan pertumbuhan pada 2025, didorong oleh hambatan ekonomi di China dan AS,” kata analis ANZ dalam sebuah catatan.

“Kami percaya OPEC tidak akan punya pilihan selain menunda penghapusan pemotongan produksi sukarela jika mereka ingin harga yang lebih tinggi.”

Jumlah rig minyak AS yang beroperasi tetap tidak berubah di 483 minggu lalu, menurut laporan mingguan Baker Hughes.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto