KONTAN.CO.ID - Harga minyak naik sekitar 1% ke level tertinggi satu minggu pada hari Kamis (9/5). Setelah data dari China dan Amerika Serikat (AS) mengisyaratkan bahwa permintaan di dua negara konsumen minyak mentah terbesar di dunia bisa naik lebih tinggi. Melansir
Reuters, minyak Brent naik 40 sen atau 0,5% menjadi US$83,98 per barel pada 1503 GMT. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 46 sen atau 0,6% menjadi US$79,45. Hal ini menempatkan kedua patokan minyak mentah di jalur penutupan tertinggi sejak 30 April.
Baca Juga: Harga Minyak Naik, Didukung Persediaan AS yang Menurun Di China, impor minyak mentah meningkat dibandingkan tahun sebelumnya pada bulan April, dan ekspor serta impor kembali meningkat pada bulan lalu. Hal ini menandakan peningkatan yang menggembirakan dalam permintaan di dalam dan luar negeri seiring dengan upaya Beijing menghadapi berbagai tantangan dalam upaya menopang perekonomian yang sedang lemah. “Data neraca perdagangan China yang membaik menambah momentum kenaikan,” kata Tina Teng, analis pasar independen. Di AS, jumlah klaim baru tunjangan pengangguran naik pada minggu lalu ke level tertinggi dalam lebih dari delapan bulan, yang merupakan bukti lebih lanjut bahwa pasar tenaga kerja sedang melemah. Para analis memproyeksikan bahwa surutnya momentum pasar tenaga kerja akan menyebabkan dua kali penurunan suku bunga dari The Fed pada tahun ini. Suku bunga yang lebih rendah akan mengurangi biaya pinjaman dan dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.
Baca Juga: GLOBAL MARKETS - Saham Turun, Dolar Menguat Menjelang Data Inflasi Sementara itu, Bank of England (BOE) mengambil langkah lain menuju penurunan suku bunga, karena pejabat kedua mendukung pemotongan tersebut dan Gubernur Andrew Bailey mengatakan dia "optimis bahwa segala sesuatunya bergerak ke arah yang benar".
Sementara itu di Timur Tengah, pasukan Israel mengerahkan tank dan melepaskan tembakan di dekat kawasan Rafah pada hari Kamis, kata warga. Setelah Presiden AS Joe Biden bersumpah untuk menahan senjata dari Israel jika pasukannya melancarkan invasi besar-besaran ke kota Gaza selatan. Sebagai tanggapan, pemimpin Houthi di Yaman mengatakan kelompok yang didukung Iran, yang telah mengganggu pergerakan kapal melalui Laut Merah, akan menargetkan kapal-kapal dari perusahaan mana pun yang terkait dengan penyediaan atau pengangkutan barang ke Israel, ke mana pun tujuannya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto