Harga Minyak Dunia Merosot ke Level Terendah dalam 2 Bulan, Ada Potensi Rebound?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mengalami penurunan ke level terendah dalam dua bulan terakhir.  Namun, prospeknya dinilai masih cukup baik dan harganya berpotensi menguat kembali.

Berdasarkan data Trading Economics, harga minyak WTI ambles 3,66% ke US$ 73,52 per barel. Sementara minyak Brent merosot 3,41% ke US$ 76,81 per barel.

Analis Komoditas dan Founder Traderindo.com, Wahyu Tribowo Laksono menyebutkan bahwa data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan data ekonomi China yang melemah menjadi penyebabnya.


Baca Juga: Harga Minyak Mentah Ditutup pada Level Terendah dalam 8 Bulan Jumat (2/8)

Data Non Farm Payroll AS tercatat sebesar 114.000 pada Juli 2024 atau turun dari bulan sebelumnya sebesar 206.000, serta barada di bawah proyeksi pasar di 175.000. Lalu, data Unemployment Rate naik sebesar 4,3% dari bulan sebelumnya 4,1%.

"Data ekonomi dari importir minyak utama China dan survei yang menunjukkan aktivitas manufaktur yang lebih lemah di Asia, Eropa, dan AS meningkatkan risiko pemulihan ekonomi global yang lambat yang akan membebani konsumsi minyak," terangnya kepada Kontan.co.id, Minggu (4/8).

Berdasarkan data LSEG Oil Research, impor minyak mentah Asia pada bulan Juli turun ke level terendah dalam dua tahun. Hal itu seiring melemahnya permintaan dari China dan India.

Impor minyak mentah China merosot 11% pada Juni dari rekor tinggi pada bulan yang sama 2023 di tengah permintaan bahan bakar yang tajam dan tingkat run yang lebih rendah di kilang independen.

Baca Juga: Harga Pangan Dunia Sedikit Menurun pada Bulan Juli

Berdasarkan data Administrasi Umum Bea Cukai China, pada semester I 2024, kedatangan minyak mentah juga turun sebesar 2,3% dibandingkan semester I 2023.

Di sisi lain, survei Reuters menemukan produksi minyak OPEC+ meningkat pada bulan Juli. Hal itu seiring dengan pulihnya pasokan Arab Saudi dan beberapa tempat lainnya yang mengimbangi dampak pemotongan pasokan sukarela.

"Data pertumbuhan ekonomi global dan juga keseimbangan supply demand mengalahkan kecemasan geopolitik Timur Tengah," katanya.

Namun begitu, Wahyu menyebut harga minyak masih wajar. Sebab, harga minyak akan selalu berada dikisaran US$ 40 - US$ 100 per barel.

Baca Juga: Harga Minyak Turun Empat Pekan Berturut-turut, Efek Data Ekonomi AS yang Mengecewakan

Ia juga menilai harga minyak masih berpotensi untuk naik kembali. Pendorongnya, pemangkasan suku bunga the Fed pada September nanti, lalu jika OPEC+ melanjutkan kebijakan pemangkasan produksi.

"Arah harga minyak bisa potensial rebound, apalagi jika kondisi timur tengah memburuk," katanya.

Wahyu menyebutkan bahwa harga wajar minyak tahun ini akan berada di US$ 80 per barel. Namun, ia menyarankan sell on strength jika harganya di atas US$ 80 per barel dan buy on weakness jika berada di bawah US$ 80 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli