KONTAN.CO.ID - Harga minyak naik lebih dari 1% pada perdagangan Asia pada hari Senin (18/12), didukung oleh penurunan ekspor dari Rusia. Selain itu serangan Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah, meningkatkan kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak. Melansir
Reuters, harga minyak mentah Brent terakhir naik 63 sen atau 0,8% menjadi US$77,18 per barel pada pukul 0730 GMT.
Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada di US$72,04 per barel naik 61 sen atau 0,9%.
Baca Juga: Harga Minyak Naik 0,9%, Ditopang Penurunan Ekspor Rusia & Kegelisahan di Laut Merah "Cuaca buruk di Rusia telah memainkan peran dalam pembukaan harga yang lebih kuat pagi ini, seperti halnya serangan Houthi terhadap kapal-kapal yang dekat dengan Yaman," kata analis IG, Tony Sycamore. Rusia mengatakan pada hari Minggu (17/12) bahwa mereka akan memperdalam pengurangan ekspor minyak pada bulan Desember dengan potensi 50.000 barel per hari atau lebih, lebih awal dari yang dijanjikan. Pasalnya eksportir terbesar di dunia ini mencoba untuk mengerek harga minyak global. Hal ini terjadi setelah Moskow menangguhkan sekitar dua pertiga pemuatan minyak mentah Ural untuk ekspor dari pelabuhan-pelabuhan karena badai dan pemeliharaan yang dijadwalkan pada hari Jumat.
Baca Juga: Permintaan Terus Meningkat, BPH Migas: Kuota Solar Subsidi Akan Ditambah Perusahaan-perusahaan pelayaran, termasuk perusahaan pelayaran peti kemas terbesar di dunia, MSC dan A.P. Moller-Maersk mengatakan pada akhir pekan lalu bahwa mereka akan menghindari Terusan Suez. Dikarenakab para militan Houthi di Yaman meningkatkan serangan-serangan mereka terhadap kapal-kapal komersil di Laut Merah. Bab al-Mandab adalah salah satu rute paling penting di dunia untuk pengiriman komoditas laut global, terutama minyak mentah dan bahan bakar dari Teluk menuju ke barat ke Mediterania melalui Terusan Suez atau pipa SUMED di dekatnya. Serta komoditas yang menuju ke timur ke Asia, termasuk minyak mentah dari Rusia.
Baca Juga: Sejumlah Tantangan Ini Berpotensi Hambat Masuknya Dana Asing ke RI pada 2024 Baik Brent maupun WTI mengakhiri rentetan penurunan mingguan terpanjang mereka dalam setengah dekade terakhir dengan kenaikan tipis minggu lalu. Setelah pertemuan The Fed minggu lalu meningkatkan harapan bahwa kenaikan suku bunga telah berakhir dan pemangkasan sedang dalam proses. "Saya pikir yang sama pentingnya adalah pertemuan The Fed yang
dovish minggu lalu yang menghilangkan risiko pendaratan keras untuk ekonomi AS dan permintaan minyak mentah ke depan," tambah Sycamore dari IG. "Belum lagi gambaran teknikal pada minyak mentah mendukung pemulihan ke area US$76/78," katanya, mengacu pada harga WTI.
Baca Juga: Penurunan Harga Komoditas Menekan Kinerja Ekspor Indonesia Minyak mentah juga didukung oleh melemahnya dolar, tambah analis CMC Markets, Tina Teng, dalam sebuah catatannya. Lantaran dolar yang lebih lemah membuat minyak dalam mata uang dolar menjadi lebih murah bagi pembeli asing. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto