KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia melonjak pada hari Selasa (11/7). Didorong oleh penurunan dolar Amerika Serikat (AS), harapan untuk permintaan yang lebih tinggi di negara berkembang dan pemotongan pasokan oleh eksportir minyak terbesar dunia. Melansir
Reuters, harga minyak brent naik US$1,71 atau 2,2% menjadi US$79,40 per barel. Sedangakan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik US$1,84 atau 2,5% menjadi menetap di US$74,83. Harga minyak Brent berakhir ke level tertinggi sejak 28 April dan WTI sejak 1 Mei. Brent secara teknis berada di wilayah
overbought untuk kedua kalinya dalam tiga hari.
"Penembusanlevel tertinggi baru-baru ini dapat dilihat sebagai langkah
bullish yang dapat memberi (Brent) momentum untuk menembus kembali di atas US$80," kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA. "Reli masih memiliki momentum pada tahap ini," tambahnya. Kontrak berjangka diesel AS juga berada di jalur untuk penutupan tertinggi sejak 18 April.
Baca Juga: Wall Street Ditutup Naik, Dow Jones Melompat 300 Poin Jelang Rilis Data Inflasi Asal tahu, dolar AS turun ke level terendah dua bulan terhadap sekeranjang mata uang lainnya sehari setelah beberapa pejabat The Fed mengisyaratkan bank sentral AS mendekati akhir siklus pengetatannya. Dolar yang lebih lemah membuat minyak mentah lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya. Keyakinan bisnis kecil AS naik ke level tertinggi tujuh bulan pada bulan Juni. Dipicu pesimisme tentang prospek ekonomi berkurang tajam dan ekspektasi penjualan membaik, tetapi pasar tenaga kerja yang masih ketat terus mendorong kekhawatiran tentang inflasi. Pasar sedang menunggu data inflasi AS pada hari Rabu (12/7) untuk petunjuk prospek suku bunga. Tingkat yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak. Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan, pasar minyak akan tetap ketat pada paruh kedua tahun 2023, mengutip permintaan yang kuat dari China dan negara berkembang dikombinasikan dengan pengurangan pasokan yang baru diumumkan, termasuk oleh eksportir utama Arab Saudi dan Rusia. IEA akan menerbitkan prakiraan baru minggu ini.
Baca Juga: IHSG Diramal Bisa Capai Level 7.500 Jelang Tahun Politik, Cek Rekonomendasi Sahamnya Sekretaris Jenderal Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengatakan, permintaan energi global diperkirakan akan meningkat 23% pada akhir tahun 2045. Data pasokan dan permintaan minyak dunia Badan Informasi Energi AS (EIA) memproyeksikan, produksi minyak global akan meningkat dari 99,9 juta barel per hari (bpd) pada tahun 2022 menjadi 101,1 juta bpd pada tahun 2023 dan 102,6 juta bpd pada tahun 2024. Sementara permintaan dunia akan meningkat dari 99,4 juta bpd pada tahun 2022 menjadi 101,2 juta bph pada tahun 2023 dan 102,8 juta bph pada tahun 2024. Angka itu dibandingkan dengan rekor 100,5 juta bph produksi minyak global pada 2018 dan rekor konsumsi cairan dunia 100,8 juta bph pada 2019. EIA juga memproyeksikan produksi minyak mentah AS akan naik dari 11,9 juta bph pada 2022 menjadi 12,6 juta bph pada 2023 dan 12,9 juta bph pada 2024.
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Turun 1%, Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga Membayangi Sementara konsumsi cairan AS akan naik dari 20,3 juta bph pada 2022 menjadi 20,4 juta bph pada 2023 dan 20,8 juta bph pada 2024. Dibandingkan dengan rekor 12,3 juta barel per hari produksi minyak mentah AS pada 2019 dan rekor konsumsi cairan 20,8 juta barel per hari pada 2005.
Pasar sedang menunggu data persediaan minyak AS dari American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok industri, pada hari Selasa dan EIA pada hari Rabu. Dengan analis dalam jajak pendapat
Reuters memperkirakan, peningkatan 0,5 juta barel dalam stok minyak mentah AS selama pekan yang berakhir 7 Juli, data inventaris itu dapat membebani pasar minyak. Jika benar, itu akan menjadi stok minyak mentah pertama dalam empat minggu dan dibandingkan dengan peningkatan 3,3 juta barel pada minggu yang sama tahun lalu dan penurunan rata-rata lima tahun (2018-2022) sebesar 6,9 juta barel. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto