Harga Minyak Dunia Naik Dipicu Ketegangan Geopolitik Selasa (13/2), WTI ke US$77,87



KONTAN.CO.ID - Harga minyak berakhir lebih tinggi pada hari Selasa (13/2) karena ketegangan geopolitik terus berlanjut di Timur Tengah dan Eropa Timur.

Namun kenaikan tersebut dibatasi karena The Fed terlihat menunggu lebih lama untuk menurunkan suku bunga.

Harga minyak Brent ditutup 77 sen lebih tinggi atau 0,94% pada US$82,77 per barel pada pukul 19:32 GMT.


Sedangkan, harga Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menetap 95 sen lebih tinggi atau 1,24% pada US$77,87 per barel.

Baca Juga: Harga Minyak: Brent ke US$82,0 & WTI ke US$76,92, Diliputi Ketegangan Timur Tengah

Harga minyak hampir datar pada perdagangan Senin (12/2), setelah naik 6% pada minggu lalu karena konflik di Timur Tengah yang membuat harga tetap tinggi.

Amerika Serikat (AS) menolak usulan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk melakukan gencatan senjata di Ukraina, menurut sumber.

Penolakan tersebut “menandakan bahwa tidak ada akhir dari gencatan senjata atau kesepakatan damai sampai Ukraina mendapatkan apa yang diinginkannya,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital yang berbasis di New York.

“Sanksi AS akhirnya mulai berlaku juga dan kami melihat berbagai negara mundur dari pengambilan pasokan Rusia.”

Berita penolakan AS terhadap gencatan senjata dan kekhawatiran akan eskalasi perang lebih lanjut di Timur Tengah terus memicu kekhawatiran pasokan di masa depan.

Baca Juga: Harga Minyak Turun Setelah Israel Mengatakan Telah Menyelesaikan Serangan di Gaza

Pembicaraan yang melibatkan AS, Mesir, Israel dan Qatar mengenai gencatan senjata di Gaza berakhir tanpa terobosan pada hari Selasa.

Seiring meningkatnya seruan agar Israel menahan serangan terencana di ujung selatan wilayah kantong tersebut, yang dihuni oleh lebih dari satu juta orang yang kehilangan tempat tinggal.

Kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman juga terus melancarkan serangan mereka di Laut Merah, mengklaim solidaritas dengan Palestina dan menyerang kapal-kapal yang memiliki hubungan komersial dengan AS, Inggris, dan Israel.

Sebagai indikasi pasokan yang lebih ketat, premi bulan depan WTI selama bulan ketujuh dan bulan ke-13 bertahan pada level tertinggi dalam tiga bulan.

Baca Juga: Risiko Perang, Moody's Gunting Peringkat Israel

Premi Brent bulan depan selama bulan ketujuh juga berada pada level tertinggi dalam lebih dari dua bulan.

Para pengambil kebijakan Federal Reserve terlihat menunggu lebih banyak bukti pelonggaran tekanan harga sebelum mereka memangkas suku bunga.

Setelah laporan pemerintah pada hari Selasa menunjukkan inflasi konsumen tetap tinggi pada bulan lalu.

Jika kekhawatiran inflasi menunda penurunan suku bunga The Fed, hal ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan menekan permintaan minyak.

Dolar naik ke level tertinggi tiga bulan pada hari Selasa karena berita The Fed. Penguatan dolar mengurangi permintaan komoditas dalam mata uang dolar bagi pembeli yang membayar dalam mata uang lainnya.

Baca Juga: Houthi Menembakkan Dua Rudal ke Kapal di Bab Al-Mandeb

OPEC pada hari Selasa tetap berpegang pada perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global yang relatif kuat pada tahun 2024 dan 2025.

Serta menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk kedua tahun tersebut, dengan mengatakan ada potensi kenaikan lebih lanjut.

Kelompok produsen dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, pada bulan Maret akan memutuskan apakah akan memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sukarela.

“Neraca kami menunjukkan bahwa pasar akan mengalami surplus pada kuartal kedua tahun 2024 jika kelompok tersebut gagal melanjutkan sebagian dari pemotongan ini,” kata analis ING dalam sebuah catatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto