Harga Minyak Dunia Naik karena Arab Saudi dan Rusia Memangkas Pasokan, Senin (3/7)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak naik pada hari Senin (3/7), setelah eksportir utama Arab Saudi dan Rusia mengumumkan pemotongan pasokan untuk Agustus.

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 0,9% atau 70 sen menjadi US$76,11 per barel pada 1210 GMT, setelah naik 0,8% pada hari Jumat.

Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 1,1% atau 80 sen menjadi US$71,44 setelah naik 1,1% pada sesi sebelumnya.


Baca Juga: Harga Minyak Tergelincir di Pagi Ini (3/7), Brent dan WTI Kompak Melemah 0,3%

Arab Saudi mengatakan akan memperpanjang pemotongan sukarela satu juta barel per hari (bpd) untuk satu bulan lagi termasuk Agustus, kata kantor berita negara setempat.

Di sisi lain, Wakil Perdana Menteri Alexander Novak mengatakan, Rusia, yang berusaha untuk menaikkan harga minyak dunia bersama Arab Saudi, akan mengurangi ekspor minyaknya sebesar 500.000 barel per hari pada bulan Agustus

Pemotongan berjumlah 1,5% dari pasokan global dan menjadikan total yang dijanjikan oleh produsen minyak OPEC+ menjadi 5,16 juta barel per hari.

Baik Riyadh dan Moskow telah berusaha menopang harga. Harga minyak Brent telah turun dari US$113 per barel tahun lalu, dikirim lebih rendah oleh kekhawatiran perlambatan ekonomi dan pasokan yang cukup dari produsen utama.

"Investor berubah optimistis saat paruh kedua tahun ini dimulai. Mereka memperkirakan neraca minyak yang lebih ketat dan ekuitas yang kuat juga menunjukkan bahwa resesi akan dihindari, meski mungkin tipis," kata analis PVM Tamas Varga.

Baca Juga: Ramai-Ramai BBM Naik, Harga Pertamax dan Pertalite Masih Sama

Harga minyak telah jatuh pada awal sesi setelah survei bisnis menunjukkan aktivitas pabrik global merosot pada bulan Juni karena permintaan yang lesu di China dan di Eropa menutupi prospek eksportir.

Kekhawatiran perlambatan ekonomi lebih lanjut mengurangi permintaan bahan bakar yang telah tumbuh pada hari Jumat lalu. Dipicu inflasi AS terus melampaui target 2% bank sentral dan memicu harapan bahwa itu akan menaikkan suku bunga lagi.

Suku bunga yang lebih tinggi dapat memperkuat dolar, membuat komoditas seperti minyak lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto