KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak rebound atau mulai mengalami kenaikan pada perdagangan Kamis (2/5), setelah melemah dalam tiga hari berturut-turut. Mengutip
Bloomberg, pada Kamis (2/5), harga minyak brent naik 0,31% ke level US$ 83,70 per barel. Sedangkan harga minyak WTI kembali turun 0,06% ke US$ 78,95 per barel. Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo memproyeksi, harga minyak ke depannya akan kembali tertekan. Hal ini karena adanya potensi gencatan senjata antara Israel dan Hamas, yang meredakan kekhawatiran mengenai eskalasi konflik dan kemungkinan gangguan terhadap pasokan minyak mentah di Timur Tengah.
“Penurunan harga minyak makin meningkat pada Rabu (1/5), setelah persediaan minyak mentah mingguan EIA secara tak terduga naik ke level tertinggi dalam 10 bulan,” kata Sutopo saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (2/5).
Baca Juga: Harga Minyak Mendekati Level Terendah 7 Pekan, Fokus Beralih ke Ekonomi Sutopo mengatakan, laporan persediaan EIA dalam sepekan bersifat bearish untuk harga minyak mentah. Persediaan EIA secara tak terduga naik 7,27 juta per barel ke level tertinggi dalam 10 bulan dibandingkan ekspektasi penurunan 2,5 juta per barel. Sutopo mengatakan sentimen lainnya yang membuat harga minyak mentah berpotensi kembali turun karena berkurangnya permintaan dari India, yang merupakan konsumen minyak mentah terbesar ketiga di dunia. “Sehingga hal ini, berdampak negatif terhadap harga minyak, setelah permintaan minyak India di bulan Maret turun 0,6% secara year on year (YoY) menjadi 21,09 per metrik ton,” imbuhnya. Meski begitu, dia menuturkan bahwa harga minyak sangat dipengaruhi oleh dinamika permintaan dan tensi geopolitik. Menurutnya, harga minyak akan mendapat dukungan atau kembali melonjak, jika mediasi gencatan senjata gagal dilakukan antara Israel-Hamas. Lebih lanjut, dia menyebutkan bahwa harga minyak mentah WTI meningkat US$ 7,79 per barel atau naik 10,87% sejak awal tahun 2024. Untuk itu, minyak mentah WTI diperkirakan akan berda di level US$ 81,78 per barel pada akhir kuartal kedua ini. “Ke depannya, diperkirakan minyak mentah WTI akan diperdagangkan di level US$ 85,86 per barel dalam waktu 12 bulan,” tandasnya Selaras dengan hal ini, Analis Pasar Mata Uang, Lukman Leong mengatakan, faktor utama yang membuat harga minyak akan kembali tertekan yaitu, meredanya konflik di Timur Tengah. Selain itu, prospek suku bunga the Fed juga ikut menekan harga. “Dengan perkembangan belakangan ini, harga minyak mentah diperkiraknlan akan sedikit lebih rendah, walau konflik di Tinur Tengah masih penuh dengan ketidakpastian,” kata Lukman kepada Kontan.co.id, Kamis (2/5).
Baca Juga: Harga Minyak Rebound Kamis (2/5), Brent ke US$84,02 dan WTI ke US$79,47 Namun demikian, Lukman menilai, dengan kondisi saat ini harga minyak mentah WTI akan cenderung lebih stabil dikisaran US$ 80 per barel. Akan tetapi, apabila konflik meningkat, maka harga minyak bisa kembali di atas US$ 90 hingga US$ 100 per barel.
“Walau sentimen lainnya juga berperan seperti pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah, pertumbuhan mobil elektrik, namun faktor utama tetap pada konflik dan kebijakan produksi OPEC+,” ungkapnya. Lukman pun memprediksi, harga minyak mentah WTI akan berada di sekitar US$ 80 per barel pada kuartal kedua ini. Sedangkan di akhir tahun 2024, diprediksi harganya bisa mencapai US$ 90 per barel. Sementara itu, untuk harga minyak brent diprediksi harganya akan mencapai US$ 83 - US$ 90 per barel pada kuartal kedua 2024. Kemudian, pada akhir tahun, harganya diperkirakan akan berada di level US$ 85 per barel - US$ 95 per barel. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi