Harga Minyak Dunia Naik Senin (10/2) Sore, Brent ke US$75,40 dan WTI ke US$71,72

Harga Minyak Dunia Naik Senin (10/2) Sore, Brent ke US$75,40 dan WTI ke US$71,72


KONTAN.CO.ID - Harga minyak mentah naik pada Senin (10/2), pulih dari penurunan pekan lalu yang dipicu oleh kekhawatiran akan perang dagang global.

Para investor tampaknya mulai mengabaikan ancaman tarif terbaru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap impor baja dan aluminium.

Melansir Reuters, kontrak berjangka Brent naik 74 sen, atau 1%, menjadi US$75,40 per barel pada pukul 09:38 GMT.


Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga naik 1%, atau 72 sen, menjadi US$71,72 per barel.

Baca Juga: Dolar Menguat Setelah Ancaman Tarif Trump, Sementara Pasar Saham Tetap Melaju

Pekan lalu, harga minyak mencatatkan penurunan mingguan ketiga berturut-turut karena kekhawatiran atas dampak perang dagang terhadap pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi.

"Ketidakpastian tarif menjadi faktor utama yang mempengaruhi selera risiko secara umum dan berdampak pada harga minyak," kata Harry Tchilinguiran, kepala riset di Onyx Capital.

Trump mengatakan bahwa ia akan mengumumkan tarif 25% untuk semua impor baja dan aluminium ke AS, dalam langkah terbaru kebijakan perdagangannya yang semakin agresif.

Baca Juga: Minyak Menuju Penurunan Mingguan Ketiga Berturut-turut di Tengah Kekhawatiran Tarif

Pekan lalu, ia juga mengumumkan tarif terhadap Kanada, Meksiko, dan China, tetapi sehari kemudian menangguhkan pemberlakuan tarif untuk negara-negara tetangganya.

Ada kekhawatiran bahwa tarif ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan menekan permintaan energi.

Namun, setelah Trump sebelumnya membatalkan beberapa tarif secara tiba-tiba, para investor tampaknya tidak terlalu khawatir dengan ancaman terbarunya.

"Pasar menyadari bahwa berita tentang tarif akan terus berlanjut dalam beberapa minggu dan bulan ke depan," kata Tony Sycamore, analis di IG Sydney.

"Jadi mungkin investor mulai menyimpulkan bahwa bereaksi negatif terhadap setiap berita tarif bukanlah langkah yang tepat."

Dampak Sanksi terhadap Rusia dan Iran

China mulai menerapkan tarif balasan terhadap beberapa ekspor AS pada Senin. Sementara negosiasi antara Beijing dan Washington belum menunjukkan kemajuan.

Di sisi lain, para pedagang minyak dan gas mencari keringanan dari Beijing agar dapat terus mengimpor minyak mentah dan gas alam cair dari AS.

Trump juga mengklaim bahwa AS sedang membuat kemajuan dalam negosiasi dengan Rusia untuk mengakhiri perang di Ukraina.

Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi pada Jumat (7/2) Pagi, Imbas Janji Trump Naikkan Produksi AS

Namun, ia tidak memberikan rincian terkait komunikasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Sanksi AS terhadap perdagangan minyak Rusia, yang diberlakukan sejak 10 Januari, telah mengganggu pasokan Moskow ke klien utama seperti China dan India.

Washington juga meningkatkan tekanan terhadap Iran pekan lalu dengan menjatuhkan sanksi baru terhadap beberapa individu dan kapal tanker yang membantu mengekspor jutaan barel minyak Iran ke China setiap tahunnya.

Menurut analis Citi, sanksi terhadap Iran dan kegagalan mencapai kesepakatan nuklir bisa menjadi faktor yang mendorong harga minyak naik, meskipun kebijakan Trump bertujuan menurunkan harga energi.

"Kami memperkirakan harga minyak akan bergerak sideways hingga turun dalam satu bulan ke depan, dengan tekanan fundamental yang semakin besar sepanjang tahun ini," tulis analis Citi dalam sebuah catatan.

Citi memperkirakan harga Brent akan rata-rata berada di US$60 hingga US$65 per barel pada paruh kedua 2025, karena Trump akan terus berupaya menurunkan harga energi dan menjadi faktor bearish bagi pasar minyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto