KONTAN.CO.ID - Harga minyak naik tipis pada hari Senin (6/5), setelah Arab Saudi menaikkan harga minyak mentah pada bulan Juni untuk sebagian besar wilayah. Di samping itu, prospek kesepakatan gencatan senjata di Gaza tampak tipis, muncul kembali kekhawatiran bahwa konflik Israel-Hamas masih dapat meluas di wilayah penghasil minyak utama tersebut. Melansir
Reuters, harga minyak mentah Brent naik 28 sen atau 0,3% menjadi US$83,24 per barel pada pukul 01.19 GMT.
Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada di US$78,40 per barel, naik 29 sen, atau 0,4%.
Baca Juga: Harga Minyak WTI Turun 6,84% Sepekan, Paling Tajam Dalam 7 Pekan Arab Saudi menaikkan harga jual resmi (OSP) untuk minyak mentah yang dijual ke Asia, Eropa Barat Laut, dan Mediterania pada bulan Juni, menandakan ekspektasi permintaan yang kuat pada musim panas ini. "Setelah turun sedikit lebih dari 7,3% minggu lalu karena meredanya ketegangan geopolitik, ICE Brent memulai minggu perdagangan baru dengan pijakan yang lebih kuat, dibuka lebih tinggi," kata kepala riset komoditas ING Warren Patterson dalam sebuah catatan. Patterson menambahkan, h ini terjadi setelah Arab Saudi menaikkan OSP bulan Juni untuk sebagian besar wilayah di tengah pengetatan pasokan pada kuartal ini. Pekan lalu, kedua kontrak berjangka tersebut membukukan penurunan mingguan tertajam dalam tiga bulan dengan Brent anjlok lebih dari 7% dan WTI turun 6,8%. Investor mempertimbangkan lemahnya data pekerjaan Amerika Serikat (AS) dan kemungkinan waktu penurunan suku bunga Federal Reserve. Premi risiko geopolitik pada harga minyak juga telah mereda seiring dengan sedang berlangsungnya pembicaraan mengenai gencatan senjata di Gaza.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Indonesia (ICP) April Naik Jadi US$ 87,61 Per Barel, Ini Sebabnya Namun, prospek kesepakatan tampaknya tipis pada hari Minggu ketika Hamas menegaskan kembali tuntutannya untuk mengakhiri perang dengan imbalan pembebasan sandera, dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan tegas mengesampingkan hal tersebut. Sebagai tanda pasokan akan semakin ketat, perusahaan energi AS mengurangi jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi selama dua minggu berturut-turut pada minggu lalu, dengan penurunan tujuh rig menjadi 499 rig, penurunan mingguan terbesar sejak November 2023, kata Baker Hughes dalam laporan pada hari Jumat. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto