KONTAN.CO.ID - Harga minyak naik sedikit pada hari Kamis (13/6) dalam perdagangan yang berfluktuasi, didukung oleh perkiraan pertumbuhan permintaan dari OPEC. Selain itu, data yang menunjukkan pelonggaran pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) serta perlambatan inflasi yang memicu harapan akan pemotongan suku bunga The Fed meskipun ada komentar terbaru dari pejabat bank sentral. Melansir
Reuters, harga minyak mentah Brent ditutup pada US$82,75 per barel naik 15 sen atau 0,2%.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) ditutup pada US$78,62 per barel naik 12 sen, atau 0,2%. Kedua patokan harga minyak tersebut telah naik hampir 1% pada sesi sebelumnya.
Baca Juga: Harga Minyak Turun Karena Kekhawatiran Pertumbuhan AS & Pasokan Minyak yang Melimpah Komentar terbaru dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga membantu meningkatkan harga minyak mentah. Organisasi tersebut memperkirakan permintaan akan tumbuh menjadi 116 juta barel per hari pada tahun 2045 dan mungkin lebih tinggi, kata Sekretaris Jenderal OPEC Hathaim Al Ghais pada hari Kamis dalam tanggapan terhadap laporan Badan Energi Internasional (IEA) yang memprediksi puncak konsumsi minyak pada tahun 2029. Al Ghais, dalam tulisannya di Energy Aspects, menyebut laporan IEA sebagai "komentar berbahaya, terutama bagi konsumen, dan hanya akan menyebabkan volatilitas energi dalam skala yang mungkin belum pernah terjadi sebelumnya." Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan indeks harga produsen (PPI) untuk permintaan akhir turun 0,2% secara bulanan pada bulan Mei. Ekonom yang disurvei oleh
Reuters memperkirakan kenaikan 0,1%. Data terpisah menunjukkan klaim awal tunjangan pengangguran mingguan melebihi perkiraan dan mencapai level tertinggi dalam 10 bulan. Pada hari Rabu (12/6), The Fed menahan suku bunga tetap dan mendorong proyeksi dimulainya pelonggaran kebijakan hingga akhir Desember.
Baca Juga: Market Global: Pasar Global: Saham AS Sentuh Rekor Tertinggi, Dolar AS Melemah Dalam konferensi pers setelah pertemuan kebijakan dua hari bank sentral AS, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan, inflasi telah turun tanpa pukulan besar terhadap ekonomi. Komentar Powell yang "menyiratkan tidak ada kerangka waktu definitif untuk pengurangan suku bunga tampaknya memberikan tekanan tambahan pada kompleks energi," kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates. Biaya pinjaman yang lebih tinggi cenderung mengurangi pertumbuhan ekonomi dan dapat membatasi permintaan minyak. Investor akan mengalihkan perhatian mereka ke Indeks Sentimen Konsumen Universitas Michigan untuk mencari tanda-tanda kekuatan atau kelemahan ekonomi AS. "Bulan lalu, angka tersebut jauh lebih lemah dari yang diantisipasi, dengan kejutan cetakan yang memicu volatilitas di sektor minyak karena pedagang melihat angka yang lemah sebagai indikator permintaan yang negatif," kata Bob Yawger, direktur futures energi di Mizuho. Di sisi pasokan, persediaan minyak mentah AS naik lebih dari yang diharapkan minggu lalu, sebagian besar didorong oleh lonjakan impor.
Baca Juga: IEA Prediksi Permintaan Minyak akan Mencapai Puncak Pada Tahun 2029 Sementara persediaan bahan bakar juga meningkat lebih dari yang diharapkan, menurut data dari Administrasi Informasi Energi pada hari Rabu. Pedagang minyak juga mengamati pembicaraan yang berlanjut mengenai kemungkinan gencatan senjata di Gaza, yang dapat meredakan kekhawatiran gangguan pasokan minyak di wilayah tersebut. Dalam serangan terbaru terhadap pengiriman, militan Houthi yang bersekutu dengan Iran pada hari Rabu mengklaim tanggung jawab atas serangan kapal kecil dan rudal yang membuat kapal pengangkut batu bara milik Yunani membutuhkan penyelamatan di dekat pelabuhan Laut Merah Hodeidah di Yaman. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto