KONTAN.CO.ID - Harga minyak mengalami kenaikan tipis pada perdagangan Asia hari Jumat (4/10), mempertahankan kenaikan kuat mingguan. Seiring investor mempertimbangkan dampak konflik di Timur Tengah dan potensi gangguan pasokan minyak mentah di tengah pasar global yang masih terjaga pasokannya. Melansir
Reuters, harga minyak Brent naik 9 sen atau 0,12% menjadi US$77,71 per barel pada pukul 00:10 GMT. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga naik 8 sen atau 0,11% menjadi US$73,79 per barel.
Baca Juga: Wajah Bursa Asia Beragam Jumat (4/10) Pagi, Dibayangi Stimulus China dan Harga Minyak Kedua tolok ukur ini berada di jalur untuk kenaikan mingguan sekitar 8%. Presiden AS Joe Biden pada hari Kamis menyatakan bahwa AS sedang membahas kemungkinan serangan terhadap fasilitas minyak Iran sebagai balasan atas serangan rudal Tehran terhadap Israel. Pernyataan tersebut berkontribusi pada kenaikan harga minyak sebesar 5%. Menurut analis ANZ Daniel Hynes , pasar mulai memperhitungkan kemungkinan gangguan pasokan dari Timur Tengah, yang menyumbang sekitar sepertiga dari pasokan minyak global.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Lebih dari US$3 Per Barel karena Konflik Timur Tengah "Pergerakan ini diperparah oleh para investor yang sebelumnya bertaruh pada penurunan harga sekarang mulai membalikkan posisinya. Kenaikan ini bisa berlanjut jika investor mulai mengambil posisi
bullish terhadap minyak," kata Hynes. Namun, kekhawatiran tentang pasokan mereda karena adanya kapasitas cadangan produksi dari OPEC dan fakta bahwa pasokan minyak global belum terganggu oleh kerusuhan di Timur Tengah. Pada hari Kamis (3/10), pemerintah timur Libya dan National Oil Corp yang berbasis di Tripoli mengumumkan pembukaan kembali semua ladang minyak dan terminal ekspor setelah sengketa kepemimpinan bank sentral diselesaikan, mengakhiri krisis yang secara signifikan telah mengurangi produksi minyak.
Baca Juga: Presiden Joe Biden: AS Membahas Kemungkinan Israel Menyerang Fasilitas Minyak Iran Iran dan Libya, yang keduanya anggota OPEC, memainkan peran penting dalam pasar minyak global. Menurut data Administrasi Informasi Energi AS, Iran, yang beroperasi di bawah sanksi AS, memproduksi sekitar 4 juta barel per hari pada 2023. Sementara Libya menghasilkan sekitar 1,3 juta barel per hari tahun lalu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto