Harga Minyak Dunia Naik Tipis di Tengah Prospek Ekonomi AS, WTI ke US$82,92



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak naik tipis pada hari Selasa (8/8). Badan Informasi Energi Amerika Serikat (AS) memproyeksikan prospek ekonomi yang lebih baik, tetapi data bearish pada impor dan ekspor minyak mentah China membebani.

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 83 sen dan menetap di US$86,17 per barel. Sedangkan, harga Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 98 sen menjadi US$82,92. Kedua kontrak minyak tersebut turun US$2 pada awal sesi.

Harga berbalik arah pada hari Selasa setelah laporan bulanan dari Administrasi Informasi Energi AS (EIA) memproyeksikan pertumbuhan PDB naik 1,9% pada tahun 2023, naik dari 1,5% dalam perkiraan sebelumnya.


Baca Juga: Permintaan Global Turun, Aktivitas Ekspor dan Impor di China Tertekan

EIA juga memperkirakan harga minyak mentah Brent akan mencapai rata-rata US$86 pada paruh kedua tahun 2023, naik sekitar $7 dari perkiraan sebelumnya.

Produksi minyak mentah AS diperkirakan akan naik 850.000 barel per hari menjadi 12,76 juta barel per hari pada tahun 2023, melampaui puncak terakhir pada 12,3 juta barel per hari pada tahun 2019.

Harga minyak mentah telah meningkat sejak Juni, terutama karena perpanjangan pemangkasan sukarela produksi Arab Saudi serta meningkatnya permintaan global, kata EIA.

"Kami memperkirakan faktor-faktor ini akan terus mengurangi persediaan minyak global dan memberikan tekanan pada harga minyak dalam beberapa bulan mendatang," kata EIA.

Namun, membebani harga pada hari Selasa, impor minyak China bulan Juli turun 18,8% dari bulan sebelumnya ke tingkat harian terendah sejak Januari, tetapi masih naik 17% dari tahun sebelumnya.

Secara keseluruhan, impor China mengalami kontraksi 12,4% di bulan Juli, jauh lebih curam daripada ekspektasi penurunan 5%. Ekspor turun 14,5%, dibandingkan dengan penurunan 12,5% yang diperkirakan oleh para ekonom.

Meskipun data suram, beberapa analis masih positif terhadap prospek permintaan bahan bakar China untuk bulan Agustus hingga awal Oktober.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun 1% karena Kekhawatiran akan Melemahnya Permintaan

Musim puncak aktivitas konstruksi dan manufaktur dimulai pada bulan September dan konsumsi bensin akan diuntungkan oleh permintaan perjalanan musim panas, kata analis CMC Markets, Leon Li. Permintaan diperkirakan akan menurun secara bertahap setelah bulan Oktober, tambahnya.

Keputusan minggu lalu oleh Arab Saudi untuk memperpanjang pemangkasan produksi sukarela sebesar 1 juta bph hingga September, meskipun Brent naik di atas US$80, menunjukkan bahwa Riyadh mungkin menargetkan harga yang lebih tinggi daripada US$80, ujar Vivek Dhar, pakar strategi komoditas pertambangan dan energi di Commonwealth Bank of Australia.

Namun, beberapa analis masih skeptis mengenai seberapa banyak pasokan yang benar-benar diambil dari pasar, karena anggota-anggota lain dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak seperti Libya dan Venezuela telah meningkatkan produksi, kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston.

"Pemangkasan produksi telah jauh lebih sedikit daripada pemangkasan kuota yang diumumkan," kata Lipow.

Para investor juga sedang menunggu data persediaan produk minyak dan bahan bakar mingguan AS.

Delapan analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan rata-rata persediaan minyak mentah AS naik sekitar 600.000 barel pada minggu hingga 4 Agustus. Data industri akan dirilis pada hari Selasa, diikuti oleh laporan pemerintah pada hari Rabu.

"Pengaruh yang tumpang tindih, konsentris, dan berlawanan terus membawa kegelisahan pada pasar kita dan harga minyak harus bersandar lagi pada kondisi persediaan dunia untuk mempertahankan kemenangannya," kata John Evans, dari pialang minyak PVM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto