Harga Minyak Dunia Naik Tipis Menjelang Lawatan Biden ke Timur Tengah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak naik tipis pada hari Selasa (17/10). Menjelang lawatan Presiden AS Joe Biden ke Timur Tengah yang kemungkinan besar akan melibatkan penyeimbangan dukungan untuk Israel dengan upaya mencegah eskalasi perang regional dengan Hamas.

Melansir Reuters, menyusul penurunan lebih dari satu dolar pada hari Senin (16/10), harga minyak mentah Brent naik US$0,74 menjadi US$90,39 per barel pada pukul 1440 GMT. Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik US$0,69 menjadi US$87,35.

Kekhawatiran bahwa konflik Timur Tengah dapat meluas mendorong kenaikan besar pada kedua harga acuan minyak minggu lalu. Minyak Brent naik 7,5% dalam kenaikan mingguan terbesar sejak Februari.


Baca Juga: Harga Minyak Mentah Bergejolak, BP-AKR Masih Pantau Situasi

Kunjungan Biden ke Israel pada hari Rabu (18/10) akan berusaha untuk menyeimbangkan antara menunjukkan dukungan terhadap perang Israel melawan Hamas dan mencoba menggalang negara-negara Arab untuk membantu mencegah konflik regional.

Setelah anggota OPEC, Iran, menjanjikan "tindakan pencegahan" dari "front perlawanan" sekutunya yang mencakup gerakan Hizbullah di Lebanon.

"Harga minyak goyah karena para pedagang energi menunggu untuk melihat apakah upaya-upaya diplomatik AS akan berhasil mencegah konflik Israel-Hamas berubah menjadi perang regional yang lebih luas," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.

"Prospek permintaan minyak mentah juga mendapat sedikit dorongan setelah data ekonomi AS terbaru menunjukkan bahwa konsumen masih sehat dan produksi industri mulai meningkat," katanya.

Di tempat lain, pemerintah dan oposisi Venezuela akan melanjutkan pembicaraan yang telah lama ditangguhkan pada hari Selasa, yang dapat mengarah pada pelonggaran sanksi oleh Washington, kata beberapa sumber.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Bergejolak, Begini Respon Shell

Sejak 2019, AS telah menjatuhkan sanksi terhadap ekspor minyak dari Venezuela, anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), untuk menghukum pemerintah Presiden Nicolas Maduro setelah pemilihan umum pada tahun 2018 yang dianggap palsu oleh Washington.

Pemerintah AS telah mencari cara untuk meningkatkan aliran minyak ke pasar dunia untuk meringankan harga yang tinggi. Namun, peningkatan produksi minyak yang nyata oleh Venezuela akan membutuhkan waktu karena kurangnya investasi.

"Pasar sangat ketat saat ini dan itulah mengapa kami sangat gugup," kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group.

CEO Saudi Aramco Arab Saudi mengatakan pada hari Selasa bahwa perusahaan ini dapat meningkatkan produksi minyak dalam beberapa minggu jika diperlukan. Pasalnya konsumsi global akan mencapai rekor tertinggi pada akhir tahun.

Baca Juga: Konflik Israel-Hamas Membuat Harga Minyak Menjadi Fluktuatif

OPEC+, yang terdiri dari negara-negara OPEC dan sekutu-sekutu utama termasuk Rusia, telah memangkas produksi sejak tahun lalu dalam apa yang mereka sebut sebagai tindakan pencegahan untuk menjaga stabilitas pasar.

Ke depan, pasar minyak menunggu data persediaan minyak AS dari American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok industri, pada hari Selasa dan Energy Information Administration (EIA) dari pemerintah pada hari Rabu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto