KONTAN.CO.ID - Harga minyak naik tipis pada hari Senin (15/1). Para pedagang mengamati risiko gangguan pasokan di Timur Tengah menyusul serangan oleh pasukan Amerika Serikat (AS) dan Inggris untuk menghentikan milisi Houthi yang menyerang kapal-kapal di Laut Merah. Melansir
Reuters, harga minyak mentah Brent naik 13 sen atau 0,2% menjadi US$78,42 per barel pada pukul 0405 GMT setelah ditutup 1,1% lebih tinggi pada hari Jumat. Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada di US$72,73 per barel, naik 5 sen atau 0,1%, menyusul kenaikan hampir 1% pada sesi sebelumnya.
Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi Senin (15/1) Pagi, Dibayangi Ketegangan di Timur Tengah Harga minyak mentah acuan tersebut melonjak lebih dari 2% minggu lalu untuk menyentuh level intraday tertinggi tahun ini. Setelah pasukan AS dan Inggris melancarkan lusinan serangan udara terhadap pasukan Houthi sebagai balasan atas serangan terhadap pelayaran Laut Merah sebagai dukung atas perang di Gaza. "Ada risiko-risiko pasokan untuk pasar mengingat eskalasi di Laut Merah," kata Warren Patterson, kepala riset komoditas di ING mengutip
Reuters. "Namun, untuk saat ini kami tidak melihat adanya dampak pada suplai minyak. Dan saya kira kita perlu melihat eskalasi yang signifikan sebelum hal itu terjadi." Pada hari Minggu, milisi Houthi mengancam akan memberikan "respon yang kuat dan efektif" setelah Amerika Serikat melakukan serangan lagi semalam, meningkatkan ketegangan. AS kemudian mengatakan bahwa mereka menembak jatuh sebuah rudal yang ditembakkan ke salah satu kapalnya dari daerah militan Houthi di Yaman.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Tersengat Memanasnya Konflik di Laut Merah Presiden Joe Biden mengatakan bahwa AS telah mengirimkan pesan pribadi kepada Iran mengenai serangan Houthi. Beberapa pemilik kapal tanker menghindari Laut Merah dan beberapa kapal tanker mengubah arah pada hari Jumat setelah serangan tersebut. Meskipun para pedagang masih mewaspadai respon Iran dan dampaknya terhadap pengiriman di Selat Hormuz, titik kemacetan minyak terpenting di dunia. "Karena konflik Timur Tengah saat ini tidak mempengaruhi produksi minyak, premi risiko geopolitik yang dibebankan pada harga minyak saat ini terlihat sederhana berdasarkan volatilitas opsi yang tersirat," analis Goldman Sachs mengatakan dalam sebuah catatan. "Meskipun tidak mungkin terwujud dalam pandangan kami, kami memperkirakan bahwa harga minyak akan naik 20% pada bulan pertama gangguan di Selat Hormuz, dan dapat naik dua kali lipat untuk sementara waktu dalam gangguan yang lebih kecil kemungkinannya."
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Memamas, Begini Prospeknya HIingga Akhir Tahun Di Libya, orang-orang yang memprotes korupsi mengancam akan menutup dua fasilitas minyak dan gas lagi setelah menutup ladang minyak Sharara yang berkapasitas 300.000 barel per hari pada tanggal 7 Januari. Di AS, perusahaan-perusahaan listrik dan gas alam bersiap-siap untuk menghadapi cuaca dingin yang ekstrim selama akhir pekan liburan Hari Martin Luther King yang diperkirakan akan menyebabkan rekor permintaan gas sekaligus memotong pasokan dengan membekukan sumur-sumur. Operator jaringan listrik Texas pada hari Minggu mengeluarkan himbauan kepada masyarakat untuk melakukan konservasi energi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto