KONTAN.CO.ID - Harga minyak stabil pada hari Jumat (27/9), namun diperkirakan akan mencatat penurunan mingguan seiring investor mempertimbangkan prospek peningkatan produksi dari Libya dan kelompok OPEC+ yang lebih luas, meski ada stimulus baru dari China sebagai pengimpor utama. Melansir
Reuters, kontrak berjangka minyak mentah Brent naik 8 sen atau 0,1% menjadi US$71,68 per barel pada pukul 11:30 GMT. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 11 sen atau 0,2% menjadi US$67,78 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi Jumat (27/9) Pagi, Dipicu Rencana Kenaikan Pasokan Arab Saudi Secara mingguan, Brent tercatat turun hampir 4% dan WTI diperkirakan akan turun hampir 6%. "Keputusan terbaru OPEC+ untuk meningkatkan produksi hanya menambah tekanan pada pasar," kata Priyanka Sachdeva, senior market analyst di Phillip Nova. Ia menambahkan bahwa pasar minyak telah berjuang dengan melemahnya permintaan dalam beberapa bulan terakhir. "Walaupun masih belum jelas apakah stimulus dari China akan berdampak pada peningkatan permintaan bahan bakar, ini tetap dapat memberikan sedikit kelonggaran bagi pasar minyak," tambahnya.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun 3% karena Prospek Peningkatan Produksi OPEC+ Bank sentral China pada hari Jumat menurunkan suku bunga dan menyuntikkan likuiditas ke dalam sistem perbankan, dengan tujuan mendorong pertumbuhan ekonomi kembali ke target tahun ini sekitar 5%. Lebih banyak langkah fiskal diharapkan diumumkan sebelum libur nasional China yang dimulai pada 1 Oktober, setelah pertemuan para pemimpin tertinggi Partai Komunis menunjukkan adanya peningkatan urgensi dalam menghadapi tantangan ekonomi. Sementara itu, faksi-faksi yang bersaing untuk menguasai Bank Sentral Libya menandatangani kesepakatan untuk mengakhiri perselisihan mereka pada Kamis. Konflik tersebut telah menyebabkan ekspor minyak mentah Libya turun menjadi 400.000 barel per hari (bpd) bulan ini, dari lebih dari 1 juta barel per hari bulan lalu. Secara terpisah, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, akan melanjutkan rencana untuk meningkatkan produksi sebesar 180.000 barel per hari mulai Desember, menurut dua sumber dari OPEC+.
Baca Juga: Harga Minyak Masih Tertekan Meski Suku Bunga Turun dan Ada Stimulus China Laporan
Financial Times pada hari Rabu menyebutkan bahwa peningkatan produksi ini disebabkan oleh keputusan Arab Saudi untuk meninggalkan target harga minyak US$100 dan lebih fokus pada pangsa pasar. Arab Saudi telah berulang kali membantah menargetkan harga minyak tertentu, dan sumber-sumber di kelompok yang lebih luas mengatakan kepada Reuters bahwa rencana peningkatan produksi mulai Desember tidak mewakili perubahan besar dari kebijakan yang sudah ada. "Tambahan barel ini sudah diperhitungkan dalam perkiraan, dan langkah ini akan mengurangi kapasitas produksi cadangan kelompok tersebut," kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto