Harga Minyak Dunia Stabil Kamis (16/1) Sore, Brent ke US$81,80 dan WTI ke US$79,88



KONTAN.CO.ID - Harga minyak stabil pada Kamis (16/1), setelah sebelumnya mencapai level tertinggi dalam beberapa bulan.

Menyusul sanksi terbaru Amerika Serikat (AS) terhadap Rusia dan penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan.

Melansir Reuters, harga minyak Brent turun 23 sen, atau 0,3%, menjadi US$81,80 per barel pada pukul 09.15 GMT, setelah naik 2,6% di sesi sebelumnya, mencapai level tertinggi sejak 26 Juli tahun lalu.


Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 16 sen, atau 0,2%, menjadi US$79,88 per barel, setelah melonjak 3,3% pada Rabu ke level tertinggi sejak 19 Juli.

Baca Juga: Harga Minyak Lanjut Menguat di Pagi Ini (16/1), Disokong Penurunan Persediaan AS

Stok minyak mentah AS pekan lalu mencapai level terendah sejak April 2022, karena ekspor meningkat dan impor menurun, menurut laporan Energy Information Administration (EIA) pada Rabu.

Penurunan sebesar 2 juta barel tersebut jauh melebihi prediksi survei Reuters yang memperkirakan penurunan hanya 992.000 barel.

Penurunan ini memperketat prospek pasokan global setelah AS menerapkan sanksi lebih luas terhadap produsen minyak dan kapal tanker Rusia.

Sanksi ini memaksa pelanggan utama Rusia mencari pasokan pengganti di pasar internasional, sementara biaya pengiriman melonjak.

Pemerintahan Biden pada Rabu menjatuhkan ratusan sanksi tambahan yang menargetkan sektor industri militer Rusia dan skema penghindaran sanksi.

Kelompok negara eksportir minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, diperkirakan akan tetap berhati-hati dalam meningkatkan produksi meskipun harga minyak baru-baru ini naik.

Rory Johnston, pendiri Commodity Context, menyatakan bahwa OPEC+ kemungkinan akan lebih memilih berhati-hati setelah sering menghadapi kekecewaan terkait pemulihan harga sepanjang tahun lalu.

Baca Juga: Harga Energi Terangkat Prospek Ekonomi AS yang Membaik

“Kelompok produsen telah terlalu sering kehilangan optimisme mereka tahun lalu sehingga kemungkinan besar akan bersikap hati-hati sebelum mulai melonggarkan pemotongan produksi,” ujar Johnston.

Di sisi permintaan, konsumsi minyak global meningkat 1,2 juta barel per hari (bph) dalam dua minggu pertama 2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, meskipun sedikit di bawah ekspektasi, menurut analis JPMorgan dalam sebuah catatan.

Para analis memperkirakan permintaan minyak akan tumbuh sebesar 1,4 juta bph dalam beberapa minggu mendatang, didorong oleh peningkatan aktivitas perjalanan di India selama festival besar serta perayaan Tahun Baru Imlek di China pada akhir Januari.

Beberapa investor juga mengamati potensi penurunan suku bunga oleh The Fed pada 2025, setelah data menunjukkan pelonggaran inflasi inti di AS. Langkah ini dapat mendorong aktivitas ekonomi dan konsumsi energi.

Selanjutnya: Hadirkan Konsep Toko Baru, Ini Strategi Mega Perintis (ZONE) di 2025

Menarik Dibaca: 4 Manfaat Olahraga saat Haid, Ampuh Atasi Gejala PMS lo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto