KONTAN.CO.ID - Harga minyak mentah dunia bergerak stabil pada Rabu (27/11), tertekan oleh kenaikan tak terduga stok bensin di AS serta kekhawatiran terhadap pemangkasan suku bunga AS tahun depan. Namun, harga mendapat dukungan dari meredanya kekhawatiran pasokan setelah tercapai kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hezbollah. Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 2 sen menjadi US$72,83 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 5 sen menjadi US$68,72 per barel.
Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan stok bensin naik sebesar 3,3 juta barel menjadi 212,2 juta barel pada pekan lalu.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Tipis Rabu (27/11), Brent ke US$73,10 dan WTI ke US$69,03 Angka ini berlawanan dengan ekspektasi para analis dalam survei Reuters yang memprediksi penurunan sebesar 46.000 barel. Di sisi lain, stok minyak mentah turun 1,8 juta barel pada pekan yang berakhir 22 November, jauh melebihi ekspektasi penurunan sebesar 605.000 barel. “Cukup mengejutkan melihat stok bensin meningkat signifikan sementara permintaan tidak berubah secara berarti dari minggu sebelumnya, terutama dengan perkiraan rekor perjalanan selama liburan Thanksgiving,” kata Matt Smith, analis di Kpler. Data ekonomi AS menunjukkan inflasi masih sulit diturunkan dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini dapat mempersempit ruang bagi The Fed untuk memangkas suku bunga pada tahun 2025. Meski demikian, pelaku pasar tetap memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan 17-18 Desember, menurut alat prediksi CME Group.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun Setelah Kesepakatan Gencatan Senjata Israel-Lebanon Namun, suku bunga diprediksi tetap tidak berubah pada pertemuan Januari dan Maret. Pemangkasan suku bunga yang lebih lambat dari ekspektasi dapat mempertahankan biaya pinjaman tetap tinggi, yang berpotensi memperlambat aktivitas ekonomi dan menekan permintaan minyak. Harga minyak juga tertekan setelah Israel menyepakati gencatan senjata dengan kelompok Hezbollah Lebanon yang dimulai pada Rabu, setelah perjanjian yang dimediasi oleh AS dan Prancis. “Pertanyaan utama adalah seberapa lama gencatan senjata ini benar-benar akan dihormati,” kata Dennis Kissler, Wakil Presiden Senior Perdagangan di BOK Financial. Minyak kembali mendapat dukungan dari pernyataan sumber OPEC+ yang menyebutkan bahwa kelompok tersebut sedang mendiskusikan penundaan lebih lanjut terhadap rencana peningkatan produksi yang direncanakan Januari mendatang.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Kian Turun Selasa (26/11) Pagi, Brent ke US$72,73 Per Barel OPEC+, yang menyumbang sekitar separuh produksi minyak dunia, awalnya berniat melonggarkan pengurangan produksi secara bertahap hingga 2024 dan 2025. Namun, lemahnya permintaan global dan peningkatan produksi di luar OPEC+ menimbulkan keraguan terhadap rencana tersebut. Keputusan final akan diambil dalam pertemuan pada 1 Desember. Di sisi lain, sumber Reuters mengungkapkan bahwa minyak mentah kemungkinan tidak akan dikecualikan dari tarif 25% yang diancamkan Presiden terpilih Donald Trump untuk semua produk yang masuk ke AS dari Meksiko dan Kanada.
Analis dan pelaku industri memperingatkan bahwa langkah ini dapat meningkatkan harga minyak untuk kilang AS, mempersempit margin keuntungan, dan menaikkan biaya bahan bakar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto