Harga Minyak Dunia Stabil Rabu (9/10), Brent ke US$77,4 dan WTI ke US$73,71



KONTAN.CO.ID - Harga minyak stabil dalam perdagangan Asia pada Rabu (9/10), setelah sebelumnya turun tajam menyusul laporan potensi gencatan senjata antara Israel dan Hezbollah.

Para pedagang kini mempertimbangkan perkembangan konflik Timur Tengah terhadap ekspektasi bearish yang berlanjut terkait permintaan minyak.

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 22 sen atau 0,3% menjadi US$77,4 per barel pada pukul 03.49 GMT.


Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 14 sen menjadi US$73,71 per barel.

Baca Juga: Harga Minyak Sulit Menanjak pada Rabu (9/10) Pagi Setelah Anjlok Lebih dari 4%

Harga minyak anjlok lebih dari 4% pada sesi sebelumnya karena kemungkinan gencatan senjata antara Hezbollah dan Israel.

Namun, pasar tetap waspada terhadap potensi serangan Israel terhadap infrastruktur minyak Iran.

“Dilema sehari-hari terkait berita Timur Tengah yang bergerak seperti pendulum antara ‘pembicaraan gencatan senjata’ dan ‘eskalasi serangan lebih lanjut’ telah mengalihkan perhatian investor dari kenyataan,” ujar Priyanka Sachdeva, analis pasar senior di Phillip Nova, melalui email.

Ia menambahkan bahwa pasar minyak terpengaruh oleh sentimen “membeli rumor” sambil mengesampingkan fundamental pasar yang seharusnya menjadi perhatian.

Penurunan harga pada Selasa (8/10) mengikuti reli yang dimulai setelah Iran meluncurkan serangan misil ke Israel pada 1 Oktober, yang memicu kenaikan harga minyak hingga 8% dalam satu minggu pada Jumat lalu, peningkatan terbesar dalam lebih dari setahun.

Baca Juga: EIA Memangkas Proyeksi Permintaan Minyak Global dan AS Untuk Tahun 2025

Pada Selasa, pejabat Hezbollah tampak mundur dari tuntutan gencatan senjata di Gaza sebagai syarat untuk menghentikan pertempuran di Lebanon.

Wakil pemimpin Hezbollah Naim Qassem mendukung upaya untuk mencapai gencatan senjata dalam pidato yang disiarkan di televisi, menandai pertama kalinya perang di Gaza tidak disebut sebagai prasyarat untuk gencatan senjata.

Dari sisi permintaan, data menunjukkan stok minyak mentah AS naik hampir 11 juta barel pekan lalu, jauh melebihi perkiraan analis yang disurvei oleh Reuters.

Namun, persediaan bahan bakar menurun.

Permintaan yang lemah terus menopang prospek fundamental pasar.

Baca Juga: Militer Israel Kerahkan Divisi Keempat dalam Serangan Darat di Lebanon

Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Selasa menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global untuk 2024 sebesar 20.000 barel per hari (bpd), menjadi 103,1 juta bpd, karena melemahnya produksi industri dan pertumbuhan manufaktur di AS dan China.

Kekhawatiran tentang kurangnya langkah stimulus tambahan dari Beijing untuk mendorong ekonomi China juga membatasi kenaikan harga minyak. Pejabat China memberikan sedikit detail baru dalam konferensi pers pada Selasa.

"China juga berperan, dengan kurangnya stimulus baru yang membawa kekecewaan. Banyak pelaku pasar berharap kebijakan fiskal China akan mengikuti jejak langkah besar di akhir September, tetapi jelas ada penurunan dalam pengumuman kemarin," kata Yeap Jun Rong, market strategist IG.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto