Harga Minyak Dunia Tekan Permintaan Plastik



JAKARTA. Kenaikan harga minyak mentah berimbas ke industri petrokimia. Meski belum sampai menurunkan target pertumbuhan produksi, tapi permintaan produk petrokimia dalam tiga bulan pertama tahun ini belum setinggi yang diharapkan.Sekretaris Umum Asosiasi Industri Olefin dan Plastik Indonesia Budi Susanto Sadiman mengatakan sedianya, tahun ini setidaknya menargetkan pertumbuhan permintaan plastik sekitar 5% - 7%. Tapi melihat permintaan plastik dalam tiga bulan pertama di tahun ini hanya tumbuh sekitar 3%, Budi sedikit pesimis target pertumbuhan itu bisa tercapai.Budi memperkirakan tingkat konsumsi plastik tahun ini akan meningkat seiring meningkatnya daya beli masyarakat dan meningkatnya investasi industri di berbagai bidang. Sehingga kebutuhan plastik sekitar 22,65 juta ton per tahun. "Sementara itu, dari kebutuhan bahan baku polyetiline dan etiline sekitar 1,8 juta ton per tahun sekitar 1,5 juta tonnya disuplai dari lokal."sisanya sekitar 20% disuplai dari impor," ujar Budi. Tahun ini ia menargetkan bahan baku bisa tumbuh menjadi sebesar 1,9 juta - 2 juta ton. Budi juga bilang, mengenai kenaikan harga minyak, saat ini masih bisa diatasi. "Belum ada tanda-tanda penurunan permintaan. Justru kalau harga naik, biasanya permintaan naik. Krena mereka antisipasi kenaikan harga lebih lanjut," jelasnya.Ia mencontohkan, tahun 2007 saat harga minyak menembus US$ 120 per barel, harga bahan baku propiline mencapai harga US$ 1650 per ton. Budi mengatakan industri masih kuat menahan sampai harga minyak menjadi US$ 90 per barel. "Ketika itu terjadi, harga bahan baku bisa mencapai US$ 1450 per ton," ungkapnya.Sebagai catatan, harga minyak mentah kemarin sudah mencapai US$ 82,21 per barel. Padahal, pada 18 Desember 2009 lalu harga minyak mentah masih sekitar US$ 75,99 per barel. Artinya, hanya dalam waktu tiga bulan harga minyak sudah melonjak 8,18%. Kenaikan harga minyak ini rupanya sudah berimbas pada kenaikan harga bahan baku propilena dan etilena sudah naik dari US$ 1300 per ton menjadi US$ 1.350 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Test Test