Harga minyak dunia terpental, Sri Mulyani nilai dampak psikologis lebih besar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia mengalami kejatuhan pada awal pekan ini. Mengutip Bloomberg, Senin (9/3) pukul 11.45 WIB, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman April 2020 di Nymex terjun bebas ke level US$ 28,12 per barel.

Artinya, di awal pekan ini, harga minyak WTI sudah anjlok 31,88%. Bahkan, Goldman Sach’s Inc telah memprediksi, harga minyak mentah dunia bisa jatuh lebih rendah lagi ke kisaran US$ 20 per barel jika perang harga terus berlanjut. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, dinamika harga dan kondisi pasar minyak mentah dunia menjadi salah satu perhatian yang sangat serius saat ini. Seperti diketahui, jatuhnya harga dipicu oleh kegagalan kesepakatan antara anggota OPEC+ untuk melanjutkan pemangkasan produksi. 


Baca Juga: Waduh, harga minyak WTI anjlok ke US$ 28,12 dan Brent jatuh ke US$ 32,12 per barel

“Tapi yang mungkin sangat mengagetkan adalah Arab Saudi mengambil langkah yang jauh lebih bold yaitu memberikan diskon harga minyak yang lebih dalam lagi sehingga ini menjadi suatu perang harga,” tutur Sri Mulyani, Senin (9/3). 

Ia pun mengakui, kejatuhan harga minyak menimbulkan ketidakpastian baru di pasar modal dan keuangan. Tak heran, indeks saham di berbagai negara mengalami tekanan, termasuk IHSG yang sampai sesi pertama hari ini telah mencatat penurunan 4,14% ke level 5.271. 

“Ini menjadi ketidakpastian yang lebih besar untuk pasar modal dan pasar keuangan. Dampak psikologinya akan sangat berpengaruh,” kata dia. 

Baca Juga: Sempat tembus US$ 1.700 per ons troi, harga emas mulai tertahan perang harga minyak

Namun penurunan harga minyak mentah dunia dinilainya juga bisa menjadi oase di tengah tekanan perekonomian global. 

“Harga minyak turun di tengah kondisi ekonomi tertekan mungkin menjadi salah satu bentuk positif. Dalam artian, ini menjadi stimulasi, tidak menjadi beban (perekonomian),” tandas Sri Mulyani. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari