Harga Minyak Dunia Terus Naik Senin (18/9), Brent ke US$94,45 dan WTI US$91,43



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak global berada di atas US$94 per barel pada hari Senin (18/9). Dengan para investor berfokus pada prospek melebarnya defisit suplai pada kuartal keempat setelah Arab Saudi dan Rusia memperpanjang pengurangan suplai.

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 52 sen menjadi US$94,45 per barel pada pukul 1039 GMT. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 66 sen pada US$91,43.

Brent dan WTI telah naik selama tiga minggu berturut-turut hingga menyentuh level tertinggi sejak November dan berada di jalur untuk kenaikan kuartalan terbesar sejak invasi Rusia ke Ukraina pada kuartal pertama 2022.


Baca Juga: Harga Minyak Lanjut Menguat, Ditopang Pengurangan Produksi Arab Saudi

"Yang mengejutkan adalah bahwa reli harga minyak tanpa henti ini telah terjadi bahkan di tengah kekhawatiran tentang permintaan yang lebih rendah dari Eropa dan China karena ekonomi mereka bergulat dengan perlambatan yang parah, yang menunjukkan betapa ketatnya sisi pasokan dari persamaan tersebut," kata Marios Hadjikyriacos di broker XM.

China, yang dianggap sebagai mesin pertumbuhan permintaan minyak, mungkin masih menjadi risiko terbesar karena pemulihan ekonominya yang lamban pasca pandemi.

Namun, serangkaian langkah stimulus dan ledakan perjalanan musim panas membantu produksi industri dan belanja konsumen untuk pulih bulan lalu dan kilang-kilang China meningkatkan produksi, didorong oleh margin ekspor yang kuat.

"Kurangnya kemajuan yang berlarut-larut, bagaimanapun juga, akan dipandang sebagai kemunduran besar di sisi permintaan," kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM.

Perhatian juga akan tertuju pada bank-bank sentral minggu ini, termasuk keputusan suku bunga dari The Fed dan data ekonomi yang ditunggu-tunggu dari China.

Ada konsensus yang berkembang bahwa puncak suku bunga tidak jauh lagi karena tekanan inflasi, secara umum, telah berhasil dimitigasi, kata Varga dari PVM.

Baca Juga: Harga Minyak Acuan di Jalur Penguatan untuk Minggu Ketiga, Ini Sentimennya

"Namun, para investor masih bingung kapan bank-bank sentral akan mulai memangkasnya," katanya. "Mantra harga tinggi untuk waktu yang lebih lama pada akhirnya akan berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi dan akan mempengaruhi permintaan minyak."

Arab Saudi dan Rusia bulan ini memperpanjang pemangkasan suplai hingga akhir tahun, tetapi apakah pemangkasan tersebut akan berlanjut hingga tahun depan masih belum pasti.

"Pertanyaannya adalah, apakah Saudi akan terus mempertahankan defisit mengingat risiko bahwa harga yang lebih tinggi pasti, pada titik tertentu, akan menstimulasi produksi minyak serpih AS," kata analis Investec, Callum Macpherson.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto