KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak memperpanjang penurunannya pada hari Rabu (13/12). Setelah jatuh lebih dari 3% ke posisi terendah enam bulan karena kekhawatiran kelebihan pasokan dan permintaan. Melansir
Reuters, harga minyak mentah Brent untuk Februari turun 33 sen atau 0,45% menjadi US$72,91 per barel pada pukul 0621 GMT. Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk Januari turun 29 sen atau 0,42% menjadi US$68,32 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Masih Berada dalam Tekanan Pasar tersandung pada perdagangan semalam karena angka inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari perkiraan untuk bulan November. Memperkuat pandangan bahwa The Fed tidak mungkin menurunkan suku bunga pada awal tahun depan, yang akan membebani konsumsi. Sementara itu, ekspor minyak mentah rata-rata mingguan Rusia melonjak ke level tertinggi sejak Juli. Analis ANZ mengatakan, sentimen ini memperparah kekhawatiran kelebihan pasokan dan menimbulkan keraguan terhadap kesepakatan pemangkasan produksi baru-baru ini oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+). Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menaikkan perkiraan pasokan pada tahun 2023 sebesar 300.000 barel per hari dari laporan sebelumnya menjadi 12,93 juta barel per hari. Prospek
bearish menempatkan minyak di jalur penurunan selama delapan minggu berturut-turut. Sebuah pertemuan kebijakan oleh bank sentral AS yang berakhir pada hari Rabu akan menentukan arah pasar, kata Tina Teng, seorang analis pasar di CMC Markets.
Baca Juga: Harga Minyak Berusaha Rebound Rabu (13/12) Pagi, Data Persediaan Minyak AS Turun "Sikap yang lebih
hawkish dari yang diperkirakan oleh The Fed dapat menyebabkan penurunan lebih lanjut pada harga minyak mentah," kata Teng. The Fed secara umum diperkirakan akan mempertahankan suku bunga. Namun, para investor akan berfokus pada pandangan para pejabat mengenai ekonomi dan suku bunga dalam beberapa kuartal mendatang. Pasar telah memperhitungkan "penurunan suku bunga yang agresif" untuk tahun 2024, kata Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG. "Setiap kekecewaan di sisi itu dapat memperkuat dolar AS dan membebani lingkungan risiko," kata Yeap. Suvro Sarkar, seorang analis DBS mengatakan bahwa diskusi-diskusi tersebut tidak mungkin menimbulkan kejutan dan bahwa harga dapat sedikit pulih dalam sebuah "rally yang melegakan" setelahnya. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada hari Rabu mengeluarkan sebuah resolusi yang menyerukan gencatan senjata di Gaza.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun 3%, Memperpanjang Kerugian Setelah Data Inflasi AS Presiden Joe Biden memperingatkan bahwa Israel mulai kehilangan dukungan internasional karena kematian warga sipil. Biaya pengiriman melalui Laut Merah juga meningkat karena Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman telah meningkatkan serangan terhadap kapal-kapal yang mereka yakini terhubung dengan Israel. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto