KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak tergelincir 1% pada hari Selasa (7/11), menghapus sebagian besar kenaikan pada hari Senin (6/11) kemarin. Data ekonomi yang beragam dari konsumen minyak terbesar kedua di dunia China dan kekhawatiran permintaan musim dingin mengimbangi dampak Arab Saudi dan Rusia yang memperpanjang pemangkasan produksi. Melansir Reuetrs, harga minyak mentah Brent tergelincir 92 sen atau 1,08% menjadi US$84,26 per barel pada pukul 0714 GMT, sedikit pulih setelah penurunan US$1 sebelumnya.
Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada di US$79,95 per barel, turun 87 sen atau 1,08%. Baca Juga: Harga Minyak Merangkak Naik, Pemangkasan OPEC+ Masih Berpengaruh Kuat Kedua patokan tersebut naik sekitar 30 sen pada hari Senin setelah eksportir utama Arab Saudi dan Rusia menegaskan kembali komitmen mereka untuk mengurangi pasokan minyak secara sukarela hingga akhir tahun. Sementara impor minyak mentah China menunjukkan pertumbuhan yang kuat baik secara tahunan maupun bulanan pada bulan Oktober. Total ekspor negara ini masih mengalami kontraksi dengan laju yang lebih cepat dari yang diperkirakan, mencerminkan lemahnya permintaan global. "Data ekspor China terlihat lebih buruk daripada yang diperkirakan, tetapi permintaan domestik mungkin meningkat," kata analis CMC Markets yang berbasis di Shanghai, Leon Li. Ekspektasi pengurangan produksi minyak mentah oleh perusahaan-perusahaan penyulingan yang berbasis di China antara bulan November dan Desember dapat membatasi permintaan minyak dan memperparah penurunan harga. Kekhawatiran bahwa musim dingin yang lebih hangat dari perkiraan dapat membatasi permintaan energi dan bahan bakar juga membebani harga. "Musim dingin tahun ini di belahan bumi utara relatif hangat, yang telah mengurangi konsumsi bahan bakar sampai batas tertentu," kata Li dari CMC Markets. Baca Juga: Perang Israel-Palestina Berkecamuk, Pemerintah Waspadai Lonjakan Harga Minyak Melihat ke depan dari sisi suplai, pasar sedang menunggu untuk melihat berapa lama Arab Saudi dan Rusia siap untuk mengendalikan produksi. Dengan mempertimbangkan lemahnya permintaan global, OPEC+ kemungkinan tidak akan terburu-buru untuk membalikkan pengurangan produksi minyak saat komite pemantauan bersama tingkat menteri bertemu pada 26 November, ujar analis pasar senior OANDA Kelvin Wong.