KONTAN.CO.ID - Harga minyak turun pada perdagangan Rabu (25/9). Seiring dengan investor yang kembali mempertimbangkan apakah rencana stimulus terbaru dari China dapat meningkatkan ekonominya dan mendorong permintaan bahan bakar di negara importir minyak mentah terbesar di dunia. Meski demikian, penurunan stok minyak mentah dan bahan bakar di Amerika Serikat (AS), serta meningkatnya kekerasan di Timur Tengah, memberikan dukungan bagi pasar minyak. Melansir
Reuters, harga minyak mentah Brent turun 58 sen atau 0,77% menjadi US$74,49 per barel pada pukul 10.30 GMT.
Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 60 sen atau 0,84% menjadi US$70,96 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Stabil di Pagi Ini (25/9), Brent ke US$ 75,2 Per Barel & WTI ke US$ 71,6 Meskipun Bank Sentral China mengumumkan serangkaian langkah dukungan moneter pada hari Selasa (24/9), para analis memperingatkan bahwa dukungan fiskal tambahan diperlukan untuk mendorong aktivitas di ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut. "Masih ada kekhawatiran bahwa dukungan fiskal tambahan diperlukan untuk membangkitkan kepercayaan pada ekonomi China. Ketidakpastian ini menimbulkan keraguan tentang pertumbuhan permintaan yang berkelanjutan, sehingga menekan harga minyak," kata George Khoury, Global Head of Education and Research di CFI Financial Group. Harga minyak naik sekitar 1,7% pada hari Selasa setelah China mengumumkan pemotongan suku bunga dan pendanaan tambahan. Namun, permintaan kredit tetap sangat lemah, dan langkah-langkah tersebut belum termasuk dukungan nyata untuk aktivitas ekonomi riil. "Para pelaku pasar mempertanyakan apakah langkah-langkah stimulus terbaru dari Bank Sentral China cukup untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak China," ujar Giovanni Staunovo, analis UBS.
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Menguat 1,7% ke Level Tertinggi dalam Tiga Minggu Dia menambahkan bahwa masih ada potensi kenaikan lebih lanjut untuk harga minyak karena persediaan minyak secara global terus menurun. Stok minyak mentah AS turun sebanyak 4,34 juta barel pekan lalu. Sementara stok bensin berkurang 3,44 juta barel dan stok distilat turun 1,12 juta barel, menurut sumber pasar yang mengutip data dari American Petroleum Institute pada Selasa.
Meningkatnya konflik antara kelompok Hezbollah yang didukung Iran di Lebanon dan Israel juga mendukung kenaikan harga minyak, dengan serangan roket lintas perbatasan dari kedua belah pihak meningkatkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas. Meskipun kepemimpinan Iran masih menahan diri, serangan kemungkinan akan terjadi untuk menjaga reputasi, tetapi tanpa memancing kemarahan sekutu-sekutu Eropa dan mengganggu jalur perdagangan minyak utama, kata Achilleas Georgolopoulos, analis investasi di XM. Sementara itu, badai yang mengancam Pantai Teluk AS telah berubah arah menuju Florida, menjauh dari area penghasil minyak dan gas di dekat Texas, Louisiana, dan Mississippi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto