Harga Minyak Dunia Turun Jumat (6/12), Brent ke US$71,43 dan WTI ke US$67,65



KONTAN.CO.ID - Harga minyak mentah melemah pada Jumat (6/12). Analis terus memproyeksikan surplus pasokan pada 2025, meskipun OPEC+ memutuskan untuk menunda rencana peningkatan pasokan dan memperpanjang pemotongan produksi hingga akhir 2026. 

Melansir Reuters, minyak mentah Brent turun 66 sen, atau 0,9%, menjadi US$71,43 per barel pada pukul 18.28 WIB.

Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 65 sen, atau 1%, menjadi US$67,65 per barel. 


Baca Juga: Harga Minyak Melemah di Pagi Ini, Terseret Kekhawatiran Permintaan yang Lemah

Secara mingguan, Brent diperkirakan turun 2% dan WTI menuju penurunan 0,5%. 

Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, pada Kamis (5/12) memutuskan untuk menunda kenaikan produksi minyak selama tiga bulan hingga April, serta memperpanjang penghapusan pemotongan produksi sepenuhnya hingga akhir 2026. 

Kelompok ini, yang bertanggung jawab atas sekitar separuh produksi minyak dunia, awalnya berencana mulai mengurangi pemotongan produksi pada Oktober 2024.

Namun, perlambatan permintaan global, khususnya di China, serta peningkatan produksi dari negara lain, memaksa penundaan tersebut beberapa kali. 

"Hasil pertemuan terbaru OPEC+ mengejutkan kami secara positif... Perpanjangan pemotongan produksi menunjukkan kelompok ini tetap bersatu dan terus menargetkan keseimbangan pasar minyak," kata Giovanni Staunovo, analis UBS. 

Baca Juga: Harga Minyak Turun Jumat (6/12) Pagi, Investor Menimbang Kelebihan Pasokan di 2025

Pada Jumat, harga minyak semakin tertekan karena analis kembali menegaskan proyeksi surplus pasokan tahun depan, meskipun beberapa memprediksi surplus yang lebih kecil dibanding sebelumnya. 

Bank of America memperkirakan surplus pasokan minyak yang meningkat akan mendorong rata-rata harga Brent menjadi US$65 per barel pada 2025, meskipun permintaan minyak diperkirakan rebound sebesar 1 juta barel per hari (bpd) tahun depan. 

Sementara itu, HSBC kini memperkirakan surplus pasar minyak yang lebih kecil, yaitu 0,2 juta bpd, turun dari prediksi sebelumnya sebesar 0,5 juta bpd, menurut catatan bank tersebut. 

Harga Brent sebagian besar berada dalam kisaran ketat US$70-75 per barel selama sebulan terakhir, ketika investor mempertimbangkan lemahnya permintaan dari China dan risiko geopolitik yang meningkat di Timur Tengah. 

"Narasi umum adalah bahwa pasar terjebak dalam kisaran yang cukup sempit ini. Meski perkembangan langsung mungkin mendorongnya keluar dari kisaran ini untuk sementara waktu, pandangan jangka menengah tetap agak pesimistis," ujar Tamas Varga, analis PVM.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto