KONTAN.CO.ID - Harga minyak mentah turun dari level tertinggi dalam beberapa pekan terakhir pada Senin (16/12), tertekan oleh data pengeluaran konsumen China yang lebih lemah dari perkiraan. China merupakan importir minyak terbesar di dunia. Melansir
Reuters, harga minyak mentah Brent turun 60 sen atau 0,81%, menjadi US$73,89 per barel pada pukul 10.43 GMT, setelah sebelumnya mencapai penutupan tertinggi sejak 22 November.
Baca Juga: Harga Minyak Turun di Pagi Ini (16/12), Investor Menanti Keputusan Suku Bunga The Fed Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami penurunan sebesar 70 sen, atau 0,98%, menjadi US$70,59 per barel, setelah mencatat penutupan tertinggi sejak 7 November pada sesi sebelumnya. Pertumbuhan output industri China sedikit meningkat pada November, tetapi penjualan ritel lebih lemah dari yang diharapkan. Hal ini mempertahankan tekanan bagi pemerintah Beijing untuk meningkatkan stimulus ekonomi yang rapuh, di tengah dampak tarif perdagangan Amerika Serikat (AS) di bawah pemerintahan Trump yang kedua. “Sentimen risiko yang menurun akibat data ekonomi China yang lebih lemah dari perkiraan menekan harga minyak. Pelaku pasar masih menunggu petunjuk mengenai rencana pejabat China untuk merangsang ekonomi,” ujar analis UBS, Giovanni Staunovo. Pandangan suram terhadap ekonomi China juga memengaruhi keputusan kelompok produsen minyak OPEC+ untuk menunda rencana peningkatan produksi hingga April.
Baca Juga: Banyak Tekanan, Komoditas Energi Sulit Bangkit di Tahun 2025 “Apa pun stimulus yang sedang diterapkan, konsumen tampaknya tidak merespons. Tanpa perubahan besar dalam perilaku pengeluaran pribadi, prospek ekonomi China akan terhambat,” kata John Evans dari broker minyak PVM. Selain itu, para pedagang juga mengambil keuntungan sambil menunggu keputusan Federal Reserve AS mengenai suku bunga minggu ini. Analis pasar IG Tony Sycamore mengatakan bahwa aksi ambil untung ringan wajar terjadi setelah harga melonjak lebih dari 6% minggu lalu. Ia juga mencatat bahwa banyak bank dan dana investasi kemungkinan telah menutup buku mereka karena berkurangnya minat terhadap posisi baru menjelang musim liburan. The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar seperempat poin persentase dalam pertemuan pada 17-18 Desember. Pertemuan ini juga akan memberikan gambaran terbaru tentang seberapa jauh pejabat The Fed memperkirakan pemotongan suku bunga akan berlanjut pada tahun 2025 dan mungkin hingga 2026. Suku bunga yang lebih rendah dapat merangsang pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan permintaan minyak.
Baca Juga: Harga Minyak Bersiap Catat kenaikan Mingguan Pertama dalam Tiga Pekan Meski begitu, kekhawatiran tentang gangguan pasokan membatasi penurunan harga minyak, termasuk kemungkinan sanksi tambahan AS terhadap Rusia dan Iran. Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan kepada Reuters pada Jumat bahwa AS sedang menjajaki sanksi tambahan terhadap kapal tanker "dark fleet" dan mungkin akan menargetkan bank-bank China untuk membatasi pendapatan minyak yang digunakan Rusia dalam perang di Ukraina. Sanksi baru AS terhadap entitas yang memperdagangkan minyak Iran telah mendorong harga minyak mentah yang dijual ke China ke level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.
Pemerintahan Trump yang akan datang diperkirakan akan meningkatkan tekanan terhadap Iran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto