Harga Minyak Dunia Turun Tipis Selasa (23/12) Pagi, Cermati Pasokan Venezuela & Rusia



KONTAN.CO.ID - Harga minyak dunia melemah pada perdagangan awal Selasa (23/12/2025), setelah melonjak lebih dari 2% pada sesi sebelumnya.

Pelaku pasar kini menimbang potensi risiko pasokan dari Venezuela dan Rusia, di tengah sinyal bahwa Amerika Serikat bisa menjual minyak Venezuela yang disitanya.

Harga minyak mentah Brent turun 11 sen atau 0,18% ke level US$61,96 per barel pada pukul 01.00 GMT. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 13 sen atau 0,22% ke US$57,88 per barel.


Baca Juga: JPMorgan Jajaki Perdagangan Kripto untuk Klien Institusi

Pada perdagangan sebelumnya, kedua acuan minyak tersebut ditutup melonjak lebih dari 2%. Brent mencatatkan kenaikan harian terbaik dalam dua bulan terakhir, sedangkan WTI menguat paling tajam sejak 14 November.

Penguatan harga sebelumnya dipicu oleh meningkatnya ketegangan geopolitik, khususnya terkait tekanan Amerika Serikat terhadap Venezuela.

Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa Washington mungkin akan menjual atau menyimpan minyak Venezuela yang telah disita di lepas pantai negara tersebut dalam beberapa pekan terakhir.

“Mungkin akan kami jual, mungkin juga akan kami simpan,” ujar Trump. Ia menambahkan, minyak tersebut juga berpotensi digunakan untuk mengisi kembali cadangan strategis Amerika Serikat.

Baca Juga: China Naikkan Kurs Tengah Yuan ke Level Tertinggi 15 Bulan, Sinyalkan Kehati-hatian

Trump juga kembali menekan Presiden Venezuela Nicolas Maduro dengan menyebut bahwa akan lebih “bijak” jika Maduro meninggalkan kekuasaan.

Tekanan AS terhadap Venezuela mencakup kebijakan “blokade” terhadap kapal tanker minyak yang berada di bawah sanksi dan keluar-masuk negara tersebut.

Meski demikian, Barclays menilai pasar minyak global masih relatif terpasok dengan baik dalam jangka pendek.

“Bahkan jika ekspor minyak Venezuela turun hingga nol dalam waktu dekat, pasar minyak kemungkinan masih akan cukup pasokan pada paruh pertama 2026,” tulis Barclays dalam catatan risetnya.

Namun, Barclays memperkirakan surplus minyak global akan menyusut menjadi hanya sekitar 700.000 barel per hari pada kuartal IV 2026.

Baca Juga: Pemuatan Minyak Venezuela Melambat, Kapal Berbalik Arah Usai Intersepsi AS

Gangguan pasokan yang berkepanjangan berpotensi memperketat pasar dan menggerus akumulasi stok minyak yang terbentuk belakangan ini.

Di sisi lain, konflik Rusia dan Ukraina turut menjadi faktor penopang harga minyak. Kedua negara kembali saling melancarkan serangan terhadap fasilitas di kawasan Laut Hitam, jalur ekspor penting bagi keduanya.

Pasukan Rusia dilaporkan menyerang pelabuhan Odesa di Ukraina pada Senin malam, merusak fasilitas pelabuhan dan sebuah kapal. Serangan ini merupakan yang kedua dalam kurun waktu kurang dari 24 jam di wilayah tersebut.

Sebaliknya, serangan drone Ukraina merusak dua kapal dan dua dermaga di wilayah Krasnodar, Rusia, serta memicu kebakaran di sebuah desa, menurut otoritas setempat.

Baca Juga: Trump Tegaskan AS Butuh Greenland untuk Keamanan Nasional, Tunjuk Utusan Khusus

Ukraina juga diketahui menargetkan logistik maritim Rusia, termasuk kapal tanker minyak “armada bayangan” yang diduga digunakan untuk menghindari sanksi internasional.

Dengan latar belakang tersebut, pasar minyak masih bergerak hati-hati. Pelaku pasar menimbang risiko geopolitik yang meningkat terhadap proyeksi pasokan yang masih longgar pada awal 2026, sehingga membuat harga minyak sensitif terhadap potensi gangguan pasokan yang berkepanjangan.

Selanjutnya: Promo HokBen HUT ke-241 Kota Bukittinggi, Paket Hoka Hemat Cuma Rp 24 Ribuan

Menarik Dibaca: Promo HokBen HUT ke-241 Kota Bukittinggi, Paket Hoka Hemat Cuma Rp 24 Ribuan