Harga minyak gagal mendaki, ini sebabnya



JAKARTA. Setelah sempat menguat pekan lalu, awal pekan ini harga minyak mentah kembali terkoreksi. Rupanya pelemahan ini terjadi karena adanya indikasi peningkatan produksi dari negara-negara non Organization of the Petroleum Exporting (OPEC). Penambahan produksi tersebut seolah menghalangi pembatasan produksi yang baru saja dimulai OPEC.

Mengutip Bloomberg, Senin (9/1) pukul 15.26 WIB harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Februari 2017 di New York Mercantile Exchange terkoreksi 0,54% ke level US$ 53,70 per barel dibanding hari sebelumnya. Namun selama sepekan terakhir harga minyak masih menguat sekitar 2,62%.

Nanang Wahyudi, analis PT Finnex Berjangka mengatakan koreksi yang terjadi pada awal perdagangan Senin (9/1) akibat kekhawatiran pasar terhadap peningkatan ekspor Iran. Belum lama ini Iran menjual 13 juta barel minyak pada kapal tanker di laut.


Apalagi negara yang tidak terlibat dalam kesepakatan pemangkasan OPEC itu juga berniat meningkatkan produksi dari 3,7 juta barel per hari di bulan Oktober kemarin menjadi 3,8 juta per barel di bulan Januari.

“Sikap Iran ini membuat pasar khawatir kalau pemangkasan OPEC akan terkendala. Percuma saja pemangkasan dilakukan kalau masih seperti ini,” terangnya kepada Kontan, Senin (9/1).

Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Tradepoin Futures menambahkan diantara beberapa negara penghasil minyak yang tidak terlibat dalam pemangkasan OPEC, memang Iran perlu diwaspadai. Dibanding Libia dan Nigeria, produksi minyak Iran mampu melampaui produksi minyak di Arab Saudi. Bahkan produksi hariannya masih memungkinkan untuk dipacu dari sekarang yang hanya 2,7 juta barel per hari menjadi 4 juta barel per hari.

Padahal akhir pekan lalu, Arab Saudi dan Kuwait baru saja memastikan akan mulai melakukan pemangkasan produksi sejak bulan ini. Arab Saudi telah memangkas produksi 486.000 barel per hari. Sedangkan Kuwait telah mengurangi produksi dari 2,89 barel per hari menjadi 2,7 juta barel per hari.

“Kalau itu terjadi akan mengganggu stabilitas pergerakan harga minyak,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto