KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak turun lebih dari 1% pada Selasa (16/7), di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi China yang menghambat permintaan. Mengutip
Reuters, Selasa (16/7), harga Brent berjangka turun US$ 1,47, atau 1,73%, menjadi US$ 83,38 per barel pada 1202 GMT, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun US$ 1,62, atau 1,98%, menjadi US$ 80,29 per barel. "Data ekonomi China yang lebih lemah menimbulkan keraguan apakah pelaku pasar terlalu optimistis mengenai prospek permintaan minyak China," tulis ahli strategi pasar IG Yeap Jun Rong dalam emailnya.
Data resmi menunjukkan ekonomi China tumbuh 4,7% pada April-Juni, laju paling lambat sejak kuartal pertama tahun 2023 dan meleset dari perkiraan 5,1% dalam jajak pendapat Reuters.
Baca Juga: Harga Minyak Kembali Naik di Tengah Ketidakpastian Politik AS dan Timur Tengah Pertumbuhan ini melambat dibandingkan ekspansi pada kuartal sebelumnya yang sebesar 5,3%, terhambat oleh penurunan properti yang berkepanjangan dan ketidakamanan lapangan kerja. “Angka PDB dan penjualan ritel kuartal kedua mengejutkan namun turun dengan margin yang signifikan, sementara antisipasi terhadap langkah-langkah stimulus yang lebih kuat pada Sidang Pleno Ketiga mungkin menghadapi risiko kekecewaan,” tambah Yeap, mengacu pada pertemuan kepemimpinan ekonomi utama di Beijing minggu ini. Di AS, Gubernur Fed Jerome Powell mengatakan pada hari Senin bahwa tiga pembacaan inflasi AS selama kuartal kedua tahun ini menambah keyakinan bahwa laju kenaikan harga kembali ke target bank sentral dengan cara yang berkelanjutan, komentar pasar mana para peserta menafsirkan hal ini sebagai indikasi bahwa peralihan ke penurunan suku bunga mungkin tidak akan lama lagi. Suku bunga yang lebih rendah menurunkan biaya pinjaman, sehingga dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan minyak.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Senin (15/7) Siang: Brent ke US$84,90 dan WTI ke US$82,15 Beberapa analis memperingatkan mengenai sikap terlalu
bullish karena pelemahan beberapa data makroekonomi AS yang diperkirakan secara tidak langsung masih dapat merugikan permintaan minyak dalam waktu dekat. “Faktor makro tidak mendukung kenaikan harga minyak dalam waktu dekat (dibatasi di bawah US$ 85/barel untuk minyak mentah WTI) karena prospek penjualan ritel AS yang lebih lemah untuk bulan Juni yang akan dirilis hari ini,” tulis analis pasar senior OANDA, Kelvin Wong dalam email. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi