KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak membukukan kerugian mingguan paling tajam dalam beberapa bulan. Sentimen negatif bagi minyak datang dari kekhawatiran bahwa pembatasan perjalanan untuk mengekang penyebaran Covid-19 varian Delta yang akan menggagalkan pemulihan global dalam permintaan energi. Minyak mentah berjangka juga berada di bawah tekanan karena dolar Amerika Serikat (AS) menguat setelah data pekerjaan bulanan AS naik lebih tinggi dari yang diharapkan. Dolar AS yang lebih kuat membuat minyak yang diperdagangkan dalam mata uang the greenback lebih mahal bagi pembeli dalam mata uang lain. Jumat (6/8), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Oktober 2021 turun 59 sen atau 0,8% ke level US$ 70,70 per barel.
Serupa, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman September 2021 ditutup melemah 81 atau 1,2% menjadi US$ 68,28 per barel. Untuk minggu ini, harga minyak acuan global Brent turun lebih dari 6%, kerugian minggu terbesar dalam empat bulan. Sedangkan bagi WTI, pekan ini sudah jatuh hampir 7%, dalam penurunan mingguan terbesar dalam sembilan bulan. Baca Juga: Harga minyak WTI catat penurunan mingguan terbesar sejak Oktober 2020 "Pergerakan harga yang kita lihat sekarang benar-benar merupakan fungsi dari gambaran makro," jelas Howie Lee, Ekonom di bank OCBC Singapura. "Varian Delta sekarang benar-benar mulai berhasil mempengaruhi harga dan Anda melihat banyak pasar yang mulai penghindaran risiko, dan itu tak hanya terjadi di minyak saja."