Harga Minyak Jatuh karena Kekhawatiran Permintaan dan Menuju Pelemahan Mingguan Kedua



KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak turun pada awal perdagangan Asia pada hari ini karena kekhawatiran permintaan melebihi prospek pasokan yang lebih ketat dari produsen global sementara investor tetap skeptis bahwa Amerika Serikat (AS) dan Iran dapat mencapai kesepakatan nuklir.

Jumat (9/6), harga minyak mentah Brent berjangka untuk kontrak pengiriman Agustus 2023 turun 36 sen atau 0,5% menjadi US$ 75,60 per barel.

Sejalan, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate kontrak pengiriman Juli 2023 turun 33 sen, atau 0,5% ke US$ 70,96 per barel.


Kedua tolok ukur turun sekitar US$ 1 pada hari Kamis, rebound dari kerugian mereka sebelumnya lebih dari US$ 3, setelah AS dan Iran sama-sama membantah laporan oleh Middle East Eye bahwa mereka hampir mencapai kesepakatan nuklir.

Untuk minggu ini, mereka berada di jalur kerugian sekitar 1% dan kerugian minggu kedua. Harga minyak naik awal pekan ini menyusul janji Arab Saudi pada akhir pekan untuk pengurangan produksi yang dalam, tetapi mereka memangkas kenaikan setelah meningkatnya stok bahan bakar AS dan data ekspor China yang lemah.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Ditutup Melemah, Brent US$ 75,96 dan WTI US$ 71,29 Per Barel

"Tampaknya, pasar masih skeptis tentang kesepakatan nuklir AS-Iran," kata Satoru Yoshida, seorang analis komoditas Rakuten Securities.

Ada tekanan naik dan turun pada harga, katanya, dengan kekhawatiran atas pasokan yang lebih ketat dan ekspektasi permintaan yang lebih tinggi karena Amerika Serikat memasuki musim mengemudi diimbangi oleh kekhawatiran atas kenaikan suku bunga AS lebih lanjut dan lambatnya permintaan bahan bakar China.

"Harga minyak diperkirakan akan bertahan di kisaran sekitar 3 dolar di atas dan di bawah 70 dolar AS untuk WTI dalam waktu dekat," kata Yoshida.

AS dan Iran pada hari Kamis sama-sama membantah laporan bahwa mereka mendekati kesepakatan sementara di mana Teheran akan mengekang program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi yang akan mencakup ekspor hingga 1 juta barel minyak per hari.

Namun, beberapa analis mengatakan, harga minyak bisa terangkat jika Federal Reserve AS melewatkan kenaikan suku bunga pada pertemuan berikutnya pada 13-14 Juni. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan tidak ada kenaikan pada pertemuan tersebut.

Editor: Anna Suci Perwitasari