KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah ditutup turun sekitar 1% dan menuju ke level terendah dalam tiga minggu setelah kenaikan dolar Amerika Serikat (AS). Sentimen datang setelah Federal Reserve (The Fed) mempertahankan suku bunga seperti yang diharapkan tetapi mencatat akan tetap membuka pintu bagi kemungkinan kenaikan suku bunga di masa depan. Rabu (1/11), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Januari 2024 ditutup turun 39 sen atau 0,5% ke US$ 84,63 per barel. Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Desember 2023 melemah 58 sen atau 0,7% ke US$ 80,44 per barel.
Dengan posisi itu, maka Brent berada di level penutupan terendah sejak 6 Oktober dan WTI ditutup di level terendah sejak 28 Agustus. Kedua kontrak tersebut ditutup di bawah rata-rata pergerakan 100 hari, yang merupakan level kunci dukungan teknis sejak Juli. Sentimen bagi minyak datang dari kebijakan The Fed yang menyulut penguatan dolar AS. Dengan posisi dolar yang kuat membuat pembelian bahan bakar menggunakan mata uang lain menjadi lebih mahal, sehingga menekan harga minyak. Baca Juga: Harga Minyak Mentah Masih Tinggi, Harga Asli Pertalite Mencapai Rp 12.000 Per Liter Padahal, di sesi kali ini, harga minyak berombak, dengan kedua harga minyak acuan naik lebih dari US$ 2 per barel di awal perdagangan karena kekhawatiran terkait Timur Tengah. Sekedar mengingatkan, The Fed, yang mulai menaikkan suku bunga pada Maret 2022, mempertahankan suku bunga tetap stabil namun tetap membuka kemungkinan kenaikan lebih lanjut karena perekonomian AS yang kuat. Dolar AS pun naik ke level tertinggi dalam empat minggu terhadap sekeranjang mata uang lainnya. Harga minyak mentah berjangka juga tertekan oleh peningkatan stok minyak mentah dan persediaan bensin AS pada minggu lalu karena pabrik penyulingan yang menjalani pemeliharaan musiman memulai kembali unitnya lebih lambat dari perkiraan untuk menghindari penumpukan stok bensin yang lebih besar. Di Eropa, inflasi bulan Oktober di zona Euro berada pada titik terendah dalam dua tahun terakhir, menurut data awal Eurostat. Hal ini memicu pandangan bahwa European Central Bank kemungkinan tidak akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Bank of England diperkirakan akan bertemu pada hari Kamis. Di China, importir minyak terbesar di dunia, aktivitas pabrik secara tak terduga mengalami kontraksi pada bulan Oktober, sebuah survei swasta menunjukkan, menambah angka resmi yang suram dari hari sebelumnya.