Harga Minyak Jatuh Pasca Serangan Iran Terhadap Israel, Ini Penyebabnya



KONTAN.CO.ID -  SINGAPURA. Harga minyak turun pada hari Senin (15/4) karena pelaku pasar mengurangi premi risiko menyusul serangan Iran pada akhir pekan terhadap Israel yang menurut pemerintah Israel hanya menyebabkan kerusakan terbatas.

Brent berjangka untuk pengiriman Juni turun 50 sen, atau 0,5%, menjadi US$ 89,95 per barel pada pukul 06.30 waktu setempat, sementara West Texas Intermediate (WTI) berjangka untuk pengiriman Mei turun 52 sen, atau 0,6%, menjadi US$ 85,14 per barel.

Serangan Iran melibatkan lebih dari 300 rudal dan drone, dan merupakan serangan pertama terhadap Israel dari negara lain dalam lebih dari tiga dekade, meningkatkan kekhawatiran mengenai konflik regional yang lebih luas yang mempengaruhi lalu lintas minyak melalui Timur Tengah.


Baca Juga: Harga Minyak Menguat Imbas Meningkatnya Ketegangan Konflik Israel-Iran

Namun serangan tersebut, yang oleh Iran disebut sebagai pembalasan atas serangan udara terhadap konsulatnya di Damaskus, hanya menyebabkan kerusakan ringan, dengan rudal yang ditembak jatuh oleh sistem pertahanan Iron Dome Israel. 

Israel, yang berperang dengan militan Hamas yang didukung Iran di Gaza, tidak membenarkan atau membantah pihaknya menyerang konsulat.

"Sebuah serangan sudah diperkirakan sebelumnya. Kerusakan yang terbatas dan fakta bahwa tidak ada korban jiwa berarti mungkin respons Israel akan lebih terukur," kata Warren Patterson, kepala strategi komoditas di ING.

“Tapi yang jelas, masih banyak ketidakpastian dan itu semua tergantung pada bagaimana Israel meresponsnya.”

Karena Iran saat ini memproduksi lebih dari 3 juta barel per hari (bpd) minyak mentah sebagai produsen utama dalam Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), risiko pasokan mencakup sanksi minyak yang lebih ketat dan bahwa respons Israel dapat melibatkan penargetan infrastruktur energi Iran.

Baca Juga: Konflik Iran-Israel Menghangat, Harga ICP Bisa Melonjak Jadi US$ 100 per Barel

Namun, jika terjadi kehilangan pasokan yang signifikan, AS dapat melepaskan lebih banyak minyak mentah dari cadangan minyak strategisnya, sementara OPEC memiliki kapasitas produksi cadangan lebih dari 5 juta barel per hari, katanya.

“Jika harga naik secara signifikan karena berkurangnya pasokan, orang akan membayangkan bahwa kelompok tersebut akan berusaha mengembalikan sebagian dari kapasitas cadangan ini ke pasar. OPEC tidak ingin melihat harga naik terlalu tinggi mengingat risiko turunnya permintaan," kata ING dalam catatannya.

Harga minyak mentah naik pada hari Jumat untuk mengantisipasi serangan balasan Iran, menyentuh level tertinggi sejak Oktober.

Editor: Noverius Laoli