KONTAN.CO.ID - Harga minyak kembali ke level terendah tujuh minggu pada hari Kamis (2/5), mengurangi kenaikan sebelumnya. Setelah data terbaru ekonomi Amerika Serikat (AS) menunjukkan kekuatan pasar tenaga kerja yang terus-menerus dan semakin meredupkan prospek penurunan awal suku bunga AS. Melansir
Reuters, harga minyak mentah Brent untuk bulan Juli naik 40 sen atau 0,5% menjadi US$83,84 per barel pada 1332 GMT, naik sebelumnya menyentuh puncak sesi US$84,44.
Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk bulan Juni naik 27 sen atau 0,3% menguat pada US$79,27, turun dari level tertinggi hari ini di US$79,90.
Baca Juga: Harga Minyak Rebound Kamis (2/5), Brent ke US$84,02 dan WTI ke US$79,47 Data ketenagakerjaan AS terbaru menunjukkan, klaim pengangguran AS tetap stabil pada tingkat yang lebih rendah pada minggu lalu. Pasar tenaga kerja masih cukup ketat, menjelang laporan ketenagakerjaan bulan April yang akan diterbitkan pada hari Jumat (3/5). Pada hari Rabu (1/5), harga minyak turun lebih dari 3% ke level terendah dalam tujuh minggu setelah The Fed mempertahankan suku bunga tetap stabil dan memperingatkan inflasi yang membandel, yang dapat membatasi pertumbuhan ekonomi tahun ini dan membatasi peningkatan permintaan minyak. Harga minyak mentah juga tertekan oleh data dari Badan Informasi Energi (EIA) yang menunjukkan peningkatan tak terduga dalam persediaan minyak mentah AS, yang berada pada level tertinggi sejak Juni. Meskipun OPEC dan sekutunya belum memulai pembicaraan formal mengenai perpanjangan pengurangan produksi minyak secara sukarela setelah bulan Juni, tiga sumber dari produsen OPEC+ mengatakan perpanjangan tersebut dapat disepakati jika permintaan gagal meningkat. Yang mendasari pemulihan minyak adalah potensi harga yang lebih rendah yang mendorong pemerintah AS untuk menambah cadangan strategisnya.
Baca Juga: Harga Minyak Rebound Tapi Diprediksi akan Kembali Turun “Pasar minyak didukung oleh spekulasi bahwa jika WTI turun di bawah US$79, AS akan bergerak untuk membangun cadangan strategisnya,” kata Hiroyuki Kikukawa, presiden NS Trading.
Sementara itu di Timur Tengah, harapan meningkat perihal perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas akan segera terwujud. Setelah adanya dorongan baru yang dipimpin oleh Mesir, bahkan ketika Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji untuk melanjutkan serangan yang telah lama dijanjikan di kota Rafah. “Suhu geopolitik mungkin turun satu atau dua tingkat, namun iklim tetap panas,” kata analis PVM, Tamas Varga. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto