KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak kembali mengalami penurunan di awal pekan ini, Senin (30/9). Kondisi geopolitik Timur Tengah mendinginkan minyak. Analis mengatakan, pengaruh harga minyak yang mengalami koreksi terfokus pada situasi di Timur Tengah. Mengutip dari
Bloomberg pada pukul 15.12 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (Nymex) mengalami penurunan sebesar 0,47% sehingga berada di level US$ 55.65 per barel.
Baca Juga: Sempat melonjak, harga minyak kembali ke harga rata-rata kuartal ketiga Analis Asia Trade Futures Deddy Yusuf berpendapat bahwa pergerakan harga minyak masih stabil. Berdasarkan fundamental yang ada, Deddy bahkan menilai harga minyak bisa terkoreksi. “Harga minyak sih saat ini belum kemana-mana dan sampai sejauh ini masih ada beragam sentimen” ujar Deddy. Deddy mengatakan faktor kondisi politik di Timur Tengah menjadi salah satu sentimen yang menahan kenaikan harga minyak. Kondisi terakhir mengatakan, Presiden Iran Hassan Rouhani membuka peluang perundingan dengan Amerika Serikat (AS) dengan syarat Amerika Serikat (AS) mencabut semua sanksi terhadap Iran. Hanya saja, respon presiden AS Donald Trump mengisyaratkan bahwa AS menolak syarat tersebut. “Pernyataan Trump tersebut mengikis ekpetasi bahwa AS dan Iran ini bisa memiliki hubungan yang membaik,” tutur Deddy. Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim memiliki pendapat lain terkait pertemuan Iran dan AS. Ia mengatakan peluang terjadinya pertemuan tersebut cukup besar meskipun Trump memberi pernyataan bahwa AS tidak akan mencabut sanksi terhadap Iran.
Baca Juga: Ada kekhawatiran resesi global, harga minyak terkoreksi pada perdagangan Jumat pagi "Kita tahu sendiri Trump mempunyai sikap yang selalu berubah-ubah, oleh karena itu pasar lebih mendukung presiden Iran untuk menghadirkan solusi dalam masalah Timur Tengah," ujar Ibrahim. Ibrahim menilai penurunan juga dikarenakan ketegangan yang mulai mereda di Timur Tengah. Ia bilang Arab Saudi berencana melakukan gencatan senjata terhadap Yaman.
"Gencatan senjata ini menyebabkan ketegangan di Timur Tengah ini memudar dan menekan kenaikan harga minyak," jelas Ibrahim. Deddy dan Ibrahim sepakat bahwa perbaikan kilang minyak Aramco yang diserang beberapa pekan lalu memiliki perkembangan yang baik. Deddy bilang pemerintah Arab Saudi melakukan perbaikan yang lebih cepat dari perkiraan. Hal ini tentu memberi pengaruh produksi minyak di Arab Saudi bisa kembali normal. Ibrahim bilang produksi minyak yang kembali normal ini menyebabkan harganya kembali menurun. Deddy juga mengatakan bahwa badan energi internasional pernah menyampaikan bahwa permintaan minyak hingga akhir tahun memiliki potensi penurunan.
Editor: Yudho Winarto