Harga minyak kembali naik, ditopang penurunan stok AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dibuka naik pada awal perdagangan Rabu (12/5). Pukul  07.00 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni 2021 di New York Mercantile Exchange ada di US$ 65,48 per barel, naik 0,31% dari sehari sebelumnya yang ada di US$ 65,28 per barel.

Naiknya harga minyak ditopang oleh penurunan stok AS. Selain itu, harga minyak juga terkerek lantaran para trader memantau upaya untuk memulai kembali aliran bahan bakar di sepanjang jalur pipa tersibuk di AS.

Mengutip Reuters, menurut sumber, American Petroleum Institute melaporkan persediaan minyak AS turun 2,5 juta barel pada pekan lalu. Sedangkan persediaan bensin naik 5,6 juta barel.


Pada hari Senin, Colonial Pipeline, yang mengangkut lebih dari 2,5 juta barel per hari (bph) bensin, solar dan bahan bakar jet, mengatakan sedang bekerja untuk memulihkan sebagian besar operasinya pada akhir minggu.

Baca Juga: Harga minyak mentah jatuh, Brent ke US$ 67,49 dan WTI ke US$ 64,08

"Sementara risiko jangka pendek sedang diremehkan, pasar masih tampak terguncang oleh peristiwa tersebut, mengingat sifat serangan dan skala infrastruktur," kata analis pasar minyak Rystad Energy Louise Dickson seperti dikutip Reuters.

"Pasar sekarang prihatin tentang kemungkinan kejadian seperti itu terulang kembali dan tentang tingkat keparahan serangan di masa depan."

Gangguan pasokan bahan bakar telah mendorong harga pompa bensin ke level tertinggi dalam beberapa tahun dan permintaan melonjak di beberapa daerah yang dilayani oleh pipa saat pengendara mengisi tangki mereka.

"Dengan sedikit informasi yang datang dari perusahaan swasta, pasar tampaknya melanjutkan dengan asumsi bahwa aliran normal akan dilanjutkan pada akhir pekan mendatang dan karena tidak ada masalah operasional yang muncul, panduan ini tampaknya benar." kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates.

OPEC pada Selasa menaikkan perkiraan permintaan minyak mentahnya sebesar 200.000 barel per hari dan tetap berpegang pada prediksi pemulihan yang kuat dalam permintaan minyak global tahun ini karena pertumbuhan di China dan Amerika Serikat melawan krisis virus corona di India.

Sementara itu, penyebaran infeksi yang cepat di India telah meningkatkan seruan untuk mengunci negara terpadat kedua di dunia serta importir dan konsumen minyak terbesar ketiga di dunia itu.

Selanjutnya: Forwatan gandeng tiga asosiasi sawit salurkan bantuan ke 4 yayasan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi