KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah kembali naik setelah kemarin melemah akibat peningkatan persediaan minyak Amerika Serikat (AS) dan empat lapangan minyak Libya yang beroperasi kembali. Kamis (14/9) pukul 7.42 WIB, harga minyak WTI kontrak Oktober 2023 di New York Mercantile Exchange menguat 0,37% ke US$ 88,84 per barel yang juga merupakan harga tertinggi sejak akhir Juni 2022, menurut data Bloomberg. Sedangkan harga minyak Brent kontrak November 2023 di ICE Futures pagi ini menguat 0,35% ke US$ 92,20 per barel yang juga merupakan level tertinggi sejak akhir Juni 2022.
Harga naik meskipun data pemerintah menunjukkan persediaan minyak mentah, bensin, dan sulingan AS meningkat pada minggu lalu. Persediaan minyak mentah AS naik 4 juta barel pada pekan lalu, mengacaukan ekspektasi analis dalam jajak pendapat
Reuters yang memperkirakan penurunan 1,9 juta barel.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik ke Level Tertinggi 10 Bulan pada Rabu (13/9) “Persediaan minyak mentah AS telah menghasilkan peningkatan yang solid meskipun aktivitas penyulingan meningkat dan persediaan di Cushing, Oklahoma, turun ke level terendah tahun ini, karena impor bersih yang jauh lebih tinggi,” kata Matt Smith, analis minyak utama untuk Amerika di Kpler kepada
Reuters. Empat pelabuhan minyak yang ditutup akibat badai dahsyat di Libya dibuka kembali pada hari Rabu. Sementara Arab Saudi dan Rusia telah memperpanjang pengurangan produksi sebesar 1,3 juta barel per hari minyak mentah hingga akhir tahun. Penurunan produksi ini akan mengunci defisit pasar yang besar hingga kuartal keempat, kata Badan Energi Internasional (IEA). Bank of America memperkirakan, pengurangan pasokan yang berkelanjutan dapat mengangkat harga minyak Brent berjangka di atas ambang batas US$ 100 per barel sebelum akhir tahun ini.
Baca Juga: Wall Street Bergerak Mixed, Suku Bunga AS Diprediksi Tetap di Bulan Ini Masih dari AS, indeks harga konsumen naik pada bulan Agustus, yang merupakan kenaikan terbesar dalam lebih dari setahun, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja. Kenaikan ini didorong oleh kenaikan harga bensin eceran sebesar 10,6%. Tidak termasuk komponen pangan dan energi yang mudah menguap, indeks harga konsumen hanya naik sebesar 0,3%. "Departemen Energi AS telah berbicara dengan produsen dan penyulingan minyak untuk memastikan pasokan bahan bakar stabil pada saat harga bensin meningkat," kata Jared Bernstein, kepala Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih, kemarin.
Sementara itu, perkiraan pertumbuhan permintaan minyak mentah dunia kuartal keempat IEA direvisi turun sebesar 600.000 barel per hari. Analis Investec Callum Macpherson mengatakan, ini adalah penyesuaian yang signifikan. “Defisit sekarang secara umum sama dengan tambahan pemotongan sukarela Saudi,” kata Macpherson. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada hari Selasa tetap berpegang pada perkiraannya mengenai pertumbuhan kuat permintaan minyak global pada tahun 2023 dan 2024. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati