Harga minyak kembali terkerek setelah Mubarak ogah mundur



NEW YORK. Kontrak harga minyak di transaksi elektronik New York naik setelah Presiden Mesir Hosni Mubarak tidak mau mundur dari jabatannya. Dalam pidatonya malam kemarin, Mubarak memilih untuk mendelegasikan kekuasaannya kepada wakilnya Omar Suleiman. Hal itu diungkapkan Mubarak setelah pasar tutup dan menyebabkan harga minyak naik 2 sen di New York. Sekadar mengingatkan, pada bulan lalu, ketegangan Mesir mendorong harga minyak melonjak ke level tertinggi dalam dua tahun. "Apa yang tidak kita ketahui, apakah kondisi ini sama dengan apa yang terjadi di Iran pada 1979 atau malah sama sekali berbeda," kata Stephen Schork, Presiden Schork Group Inc di Pennsylvania.Catatan saja, pada pukul 17.15 waktu New York, kontrak harga minyak untuk pengantaran Maret naik 85 sen atau 1% menjadi US$ 87,56 sebarel di NYMEX. Sebelumnya, kontrak yang sama sempat bertengger di posisi US$ 86,73 sebarel atau 16% lebih tinggi ketimbang tahun sebelumnya. Sementara, pada 1979 lalu ketika rezim Mohammed Reza Pahlavi di Iran tumbang, harga minyak naik hingga dua kali lipat. Baik Iran maupun Mesir sama-sama memliki peran penting dalam pembentukan harga minyak dunia. Iran merupakan produsen minyak kedua terbesar OPEC setelah Arab Saudi. Sementara, Mesir mengontrol atas terusa Suez-Mediterania di mana 2,5% dari produksi minyak dunia dikirim melalui jalan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie