Harga minyak kembali turun tertekan sinyal membengkaknya pasokan AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak kembali turun di perdagangan Kamis (17/10). Melansir Bloomberg pukul 15.59 WIB, minyak Brent pengiriman Desember US$ 59,15 per barel turun 0,45% dari sesi sebelumnya.

Minyak West Texas Intermediate (WTI) pengiriman November 2019 di New York Mercantile Exchange ke US$ 52,98 per barel ke 0,71% dari sesi sebelumnya.

Analis Monex Investindo Faisyal menyampaikan, pemicu awal harga minyak kembali turun dikarenakan hasil laporan American Petroleum Institute (API) yang menunjukkan adanya kenaikan persediaan minyak Amerika Serikat (AS) sebesar 10,5 juta barel pada pekan lalu.

Baca Juga: Harga minyak tertekan kenaikan stok AS, perang dagang masih membayangi

Namun, Faisyal menjelaskan, kalau penyebab utamanya bukan hasil API, melainkan masih tidak stabilnya kondisi ekonomi global saat ini. Terutama karena pasar masih mewaspadai keberlanjutan kesepakatan perang dagang antara AS dan China yang sudah berlangsung kurang lebih selama 15 bulan.

Faisyal menilai kesepakatan fase pertama tersebut kemungkinan bisa batal karena China menuntut lebih.

"Akibatnya, semakin memburuknya hubungan kedua negara itu dapat memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi global," ujar Faisyal kepada Kontan.co.id, Kamis (17/10).

Dengan melambatnya perekonomian global tentu akan berpengaruh terhadap tingkat permintaan global yang membuat harga minyak semakin tereduksi turun.

Faisyal menyatakan sentimen tersebut masih berlanjut terhadap potensi pelemahan harga minyak pada perdagangan Jumat (18/10) ataupun hingga pekan depan.

Baca Juga: Harga minyak tertahan kenaikan stok sepekan lalu

Akan tetapi, penurunan harga minyak masih berlanjut jika data Administrasi Informasi Energi AS (EIA) yang akan rilis nanti malam betul adanya seperti ekspektasi pasar yang menilai adanya kenaikan persediaan minyak hingga 3 juta barel.

Faisyal menilai jika data EIA terkonfirmasi dan bahkan hasilnya lebih dari ekspektasi pasar, maka harga minyak akan semakin terkoreksi.

Sementara, untuk pekan depan sentimen yang terus dicermati pasar adalah perkembangan negosiasi antara AS dan China, serta laporan aktivitas produksi AS yang biasanya rilis pada akhir pekan.

Editor: Yudho Winarto