Harga minyak kian turun mengantisipasi hasil pertemuan OPEC pekan depan



KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak jatuh pada hari Rabu (13/6) terpukul oleh meningkatnya pasokan di Amerika Serikat (AS) dan harapan bahwa kelompok produsen OPEC dapat mengendurkan pembatasan produksi.

Harga minyak mentah Brent turun 15 sen menjadi US$ 75,73 per barel pada pukul 12.00 GMT atau sekitar 19.00 WIB. Harga minyak mentah ringan AS juga turun 35 sen lebih ke US$ 66,01.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan beberapa produsen non-OPEC, termasuk Rusia, mulai menahan produksi pada tahun 2017 untuk mengurangi kelebihan pasokan. Sejak itu harga telah meningkat sekitar 60% selama setahun terakhir.


Prospek pasar minyak pada paruh kedua tahun ini tidak pasti, analis mengatakan, dan OPEC berpendapat ada risiko penurunan permintaan.

Anggota OPEC dan produsen lain akan bertemu pada tanggal 22-23 Juni di Wina untuk membahas produksi masa depan.

"Lebih banyak pasokan minyak dari OPEC plus adalah kasus dasar," kata Bjarne Schieldrop, analis di bank Swedia SEB.

"Arab Saudi dan Rusia sudah mulai meningkatkan produksi," katanya. "Sumber tidak resmi mengatakan Rusia akan mengusulkan mengembalikan produksi kembali ke tingkat Oktober 2016."

Lukman Otunuga, analis pialang FXTM, mengatakan produksi minyak yang lebih tinggi dan perkiraan lebih banyak yang akan terjadi telah merusak harga.

"Prospek penurunan pembatasan pasokan dari produsen yang dipimpin OPEC terus tercermin dalam harga minyak keseluruhan yang depresi."

Di luar itu, persediaan minyak mentah AS naik 830.000 barel dalam seminggu hingga 8 Juni, menjadi 433,7 juta. American Petroleum Institute mengungkapkan data itu pada hari Selasa.

Meningkatnya stok AS sebagian mencerminkan lonjakan produksi minyak mentah AS yang telah melonjak hampir sepertiga dalam dua tahun terakhir ke rekor 10,8 juta barel per hari (bph).

Dengan produksi di Rusia naik kembali di atas 11 juta bph pada bulan Juni dan produksi Saudi naik ke lebih dari 10 juta bph, pasokan dari tiga produsen teratas meningkat.

Editor: Hasbi Maulana