Harga Minyak Koreksi Tipis Setelah Melesat Belasan Persen Sepekan Lalu



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lonjakan harga minyak yang terjadi di akhir pekan lalu mereda. Harga komoditas energi ini terkoreksi tipis setelah naik lima hari beruntun dan mengakumulasi kenaikan belasan persen.

Senin (10/10) pukul 7.20 WIB, harga minyak WTI kontrak November 2022 di New York Mercantile Exchange turun tipis 0,18% ke US$ 92,47 per barel. Dalam sepekan, harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini masih melesat 10,57%.

Sedangkan harga minyak Brent kontrak Desember 2022 di ICE Futures melemah 0,16% ke US$ 97,76 per barel. Dalam sepekan, harga minyak acuan internasional ini juga masih menguat 10,01%.


Harga minyak menguat sepekan terakhir, terangkat oleh keputusan OPEC+ untuk memangkas pasokan terbesar sejak 2020 meskipun ada kekhawatiran tentang kemungkinan resesi dan kenaikan suku bunga. OPEC+ pekan lalu menyepakati pemangkasan target produksi mereka sebesar 2 juta barel per hari.

Baca Juga: Harga CPO Dinilai Masih Prospektif, Ini Rekomendasi Saham Jagoan Analis

Harga minyak menguat untuk hari kelima berturut-turut bahkan ketika dolar AS naik setelah data ketenagakerjaan AS memberi alasan bagi Federal Reserve untuk melanjutkan kenaikan suku bunga agresif. Penguatan nilai tukar dolar AS dapat menekan permintaan minyak. Penguatan dolar membuat minyak mentah berdenominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Penguatan harga minyak lebih dari 10% sepekan juga mengangkat harga ke penutupan tertinggi untuk Brent sejak 30 Agustus dan WTI sejak 29 Agustus. Lonjakan harga mendorong kedua benchmark ke wilayah overbought secara teknis untuk pertama kalinya sejak Agustus untuk Brent dan Juni untuk WTI.

Kedua kontrak membukukan kenaikan mingguan kedua berturut-turut. Harga minyak pun mencatat persentase kenaikan mingguan terbesar sejak Maret pekan lalu, dengan Brent naik sekitar 11% dan WTI 17%.

"Di antara konsekuensi utama dari pemotongan terbaru OPEC adalah kemungkinan kembalinya minyak ke US$ 100," kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM kepada Reuters.

Baca Juga: IHSG Tertekan, Cek Rekomendasi Saham AKRA, BCAP, INTP, BJBR, INDF Untuk Senin (10/10)

UBS Global Wealth Management juga memproyeksikan Brent akan bergerak di atas angka US$ 100 per barel selama kuartal mendatang.

Pemotongan OPEC+ terjadi menjelang embargo Uni Eropa pada minyak Rusia dan akan menekan pasokan di pasar yang sudah ketat. Sekretaris Jenderal OPEC Haitham al-Ghais mengatakan penurunan target produksi akan membuat OPEC+ memiliki lebih banyak pasokan untuk dimanfaatkan jika terjadi krisis.

Pada hari Kamis, Presiden AS Joe Biden menyatakan kekecewaannya atas rencana OPEC+. AS sedang mencari semua alternatif yang mungkin untuk menjaga harga agar tidak naik. 

Baca Juga: Bunga The Fed Naik, Analis Prediksi Pendapatan Perbankan AS Turun di Kuartal III-2022

Namun, jumlah rig minyak AS, indikator awal produksi masa depan, turun dua minggu ini menjadi 602. Inflasi yang tinggi memaksa produsen menghabiskan lebih banyak uang untuk mengamankan pekerja dan peralatan.

"Harga minyak berjangka berhasil mendapatkan traksi naik meskipun inflasi yang meluas di AS dan Eropa mengancam potensi resesi global di mana permintaan kemungkinan akan mendapat pukulan yang cukup besar," kata analis di perusahaan konsultan energi Gelber & Associates.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati