Harga Minyak Koreksi Tipis Setelah Melonjak Lebih dari 1%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun tipis pada Kamis (7/3) pagi setelah kemarin menguat lebih dari 1%. Peningkatan persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang lebih kecil dari perkiraan, penarikan besar-besaran dari stok sulingan dan bensin serta pernyataan dari kepala Federal Reserve AS bahwa dia masih mengharapkan penurunan suku bunga tahun ini.

Suku bunga yang lebih rendah dapat meningkatkan permintaan minyak dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Kamis (7/3) pukul 7.55 WIB, harga minyak WTI kontrak April 2024 di NYMEX turun 0,03% ke US$ 79,11 per barel. Kemarin, harga minyak WTI naik 1,25%. Sedangkan harga minyak Brent kontrak Mei 2024 di ICE Futures naik 1,12% ke US$ 82,96 per barel pada perdagangan kemarin.


Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan, perusahaan-perusahaan energi menambah persediaan minyak mentah dalam jumlah lebih kecil dari perkiraan, yaitu 1,4 juta barel selama pekan yang berakhir 1 Maret. Sementara persediaan sulingan dan bensin turun jauh lebih besar dari perkiraan.

Baca Juga: Tumpukan Utang Menjegal Laju Ekonomi

Peningkatan stok minyak mentah lebih kecil jika dibandingkan dengan perkiraan analis sebesar 2,1 juta barel dalam jajak pendapat Reuters. Tetapi, angka tersebut jauh lebih besar ketimbang peningkatan sebesar 0,4 juta barel yang ditunjukkan dalam data dari American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok industri.

Perusahaan energi juga menarik 4,1 juta barel stok sulingan, termasuk solar dan minyak pemanas, dan 4,5 juta barel stok bensin pada minggu lalu. Bandingkan dengan perkiraan analis yang memperkirakan penarikan mingguan jauh lebih kecil, yaitu 0,7 juta barel sulingan dan 1,6 juta barel bensin.

“Penurunan bensin dan sulingan menjadi perhatian pasar. Ini adalah peringatan bahwa kita mempunyai pasar yang sangat ketat,” kata analis Price Futures Group Phil Flynn kepada Reuters.

Dalam sambutannya yang disiapkan untuk Kongres, Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengatakan, bank sentral masih memperkirakan akan menurunkan suku bunga acuannya pada akhir tahun ini. Tetapi dia menyebut, para pengambil kebijakan masih membutuhkan kepercayaan yang lebih besar terhadap penurunan inflasi yang terus berlanjut.

Tetapi data ekonomi yang beragam memperumit keputusan The Fed. Data penggajian (payrolls) swasta AS meningkat sedikit lebih rendah dari perkiraan pada bulan Februari. Data ini memperkuat alasan penurunan suku bunga. Sementara data yang menunjukkan peningkatan aktivitas ekonomi AS dari awal Januari hingga akhir Februari mendukung alasan untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah.

Baca Juga: Koreksi Rupiah Mengusik Ruang Fiskal Tahun Ini

Dolar AS merosot ke level terendah satu bulan terhadap sejumlah mata uang lainnya setelah komentar Powell. Pelemahan dolar dapat meningkatkan permintaan minyak dengan membuat bahan bakar lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

Tiongkok mengumumkan target pertumbuhan ekonomi pada tahun 2024 sebesar sekitar 5%. Tetapi kurangnya rencana stimulus besar-besaran untuk meningkatkan perekonomian China yang sedang berjuang menimbulkan kekhawatiran akan lesunya pertumbuhan permintaan minyak.

“Pasar secara khusus berharap melihat ekspansi fiskal lebih lanjut untuk membantu memenuhi target pertumbuhan,” kata Tony Sycamore, analis IG di Sydney.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Rabu (6/3): Brent ke US$82,57 dan WTI ke US$78,79

Sementara itu, pembicaraan mengenai gencatan senjata dan pertukaran sandera antara Israel dan Hamas menemui jalan buntu ketika krisis kemanusiaan di Gaza semakin parah dan sebuah kapal dagang terbakar setelah serangan fatal di Laut Merah.

Gangguan pergerakan kapal tanker minyak akibat serangan Laut Merah oleh milisi Houthi yang didukung Iran di Yaman, serta perpanjangan pengurangan pasokan OPEC+ terbaru, menyebabkan terbatasnya pasokan, terutama di pasar Asia.

Keterbatasan ini tampak jelas ketika Arab Saudi, eksportir minyak terbesar di dunia, mengumumkan harga yang sedikit lebih tinggi untuk penjualan minyak mentah pada bulan April ke Asia, pasar terbesarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati