KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Harga minyak lanjut menguat setelah Rusia mengatakan telah menembakkan rudal balistik ke Ukraina dan memperingatkan akan meluasnya konflik, sehingga meningkatkan prospek pengetatan pasokan minyak mentah. Jumat (22/11) pukul 09.15 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Januari 2025 naik 14 sen atau 0,2% ke US$ 74,37 per barel. Sejalan, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Januari 2025 menguat 17 sen atau 0,2% ke US$ 70,27 per barel.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa perang Ukraina berkembang menjadi konflik global setelah Amerika Serikat (AS) dan Inggris mengizinkan Ukraina menyerang Rusia dengan senjata. Putin, yang mengatakan Rusia menanggapi penggunaan rudal AS dan Inggris dengan menembakkan jenis baru rudal balistik hipersonik jarak menengah ke fasilitas militer Ukraina, memperingatkan negar Barat bahwa Moskow dapat membalas lebih lanjut.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Ditutup Menguat 2%, Ini Sentimen yang Menopangnya Setelah mendapat persetujuan dari pemerintahan Presiden Joe Biden, Ukraina menyerang Rusia dengan enam ATACMS buatan AS pada 19 November dan dengan rudal Storm Shadow Inggris dan HIMARS buatan AS pada 21 November, kata Putin. Rusia termasuk di antara negara-negara penghasil minyak mentah teratas di dunia, bahkan dengan penurunan produksi menyusul larangan impor yang terkait dengan invasinya ke Ukraina dan pembatasan pasokan oleh kelompok produsen OPEC+. Rusia bulan ini mengatakan telah memproduksi sekitar 9 juta barel minyak per hari. Ukraina telah menggunakan pesawat nirawak untuk menargetkan infrastruktur minyak Rusia, termasuk pada bulan Juni, ketika menggunakan pesawat nirawak serang jarak jauh untuk menyerang empat kilang minyak Rusia. Membengkaknya persediaan minyak mentah dan bensin AS membatasi kenaikan harga, dengan data pemerintah yang dirilis minggu ini menunjukkan minyak mentah naik sebesar 545.000 barel dalam seminggu hingga 15 November menjadi 430,3 juta barel dan persediaan bensin naik sebesar 2,1 juta barel menjadi 208,9 juta barel. Beberapa analis memperkirakan lonjakan lain dalam persediaan minyak pada data minggu depan.
Baca Juga: Bursa Asia Menguat di Pagi Ini (22/11), Mengikuti Reli Wall Street "Kami akan mengharapkan peningkatan produksi serta aktivitas kilang AS minggu depan yang akan membawa implikasi negatif bagi minyak mentah dan produk-produk utama," kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates di Florida. Sementara itu, importir minyak mentah terbesar dunia, Tiongkok, pada hari Kamis mengumumkan langkah-langkah kebijakan untuk meningkatkan perdagangan, termasuk dukungan untuk impor produk energi, di tengah kekhawatiran atas ancaman Presiden terpilih AS Donald Trump untuk mengenakan tarif.
Editor: Anna Suci Perwitasari