KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak melanjutkan kenaikan setelah kemarin melesat lebih dari 2%. Krisis Timur Tengah dan terhentinya pasokan di Libya membalikkan penurunan harga minyak di awal pekan. Rabu (10/1) pukul 8.30 WIB, harga minyak WTI kontrak Februari 2024 di New York Mercantile Exchange menguat 0,29% ke US$ 72,45 per barel. Kemarin, harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini melonjak 2,08% ke US$ 72,77 dari hari sebelumnya US$ 70,77 per barel. Sedangkan harga minyak Brent kontrak Maret 2024 di ICE Futres pagi ini menguat 0,24% ke US$ 77,78 per barel. Harga minyak acuan internasional ini kemarin melesat 1,93% ke US$ 77,59 per barel dari hari sebelumnya di US$ 76,12 per barel.
Harga minyak didukung oleh penutupan ladang minyak Sharara yang berkapasitas 300.000 barel per hari di Libya. Ini adalah salah satu ladang minyak terbesar di Libya, yang sering menjadi sasaran protes politik lokal dan lebih luas, serta ketegangan di Timur Tengah.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik US$1 Selasa (9/1), Brent ke US$77,08 dan WTI ke US$71,85 Militer Israel mengatakan perang melawan Hamas akan terus berlanjut hingga tahun 2024. Pernyataan Israel ini memicu kekhawatiran bahwa konflik tersebut dapat meningkat menjadi krisis regional yang mengganggu pasokan minyak. Sementara itu, beberapa perusahaan pelayaran besar masih menghindari Laut Merah setelah serangan yang dilakukan oleh militan Houthi yang bersekutu dengan Iran sebagai tanggapan atas perang Israel melawan Hamas. “Alternatif yang lebih menarik bagi (tanker minyak) saat ini adalah pergi ke AS, di mana harga minyak mentah lebih murah dibandingkan Brent,” kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho kepada
Reuters. Hapag-Lloyd Jerman akan terus mengalihkan kapal di sekitar Tanjung Harapan, katanya pada hari Selasa. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kepada para pemimpin Israel bahwa masih ada peluang untuk mendapatkan penerimaan dari negara-negara tetangga Arab mereka jika mereka menciptakan jalan menuju negara Palestina yang layak.
Baca Juga: Wall Street Mixed, Dow Jones dan S&P 500 Turun Menjelang Rilis Data Inflasi AS Brent dan WTI membukukan penurunan masing-masing 3% dan 4% pada hari Senin setelah penurunan tajam harga jual resmi (OSP) Arab Saudi, yang memicu kekhawatiran pasokan dan permintaan.
“Pertanyaannya adalah apakah tindakan Saudi mengurangi OSP ke level terendah dalam 27 bulan juga merupakan tanda potensi peningkatan pasokan minyak, yang menyiratkan perselisihan serius dalam OPEC+,” kata analis PVM, Tamas Varga. Namun Arab Saudi pada hari Selasa menekankan keinginannya untuk mendukung upaya yang bertujuan menstabilkan pasar minyak. Sementara stok minyak mentah AS diperkirakan turun pada minggu lalu saat persediaan sulingan dan bensin diperkirakan meningkat, menurut jajak pendapat
Reuters menjelang laporan API dan data pemerintah pada hari Rabu. Data inti inflasi AS pada hari Kamis juga akan menjadi sorotan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati