Harga minyak makin mendidih



JAKARTA. Harga minyak terangkat. Ketidakstabilan geopolitik di Suriah meningkatkan kekhawatiran pasokan minyak dari kawasan Timur Tengah akan terganggu.

Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Oktober 2013, Selasa (27/8) pukul 17.30 WIB, menguat 0,90% menjadi US$ 106,88 per barel. Dalam sebulan, harga minyak telah naik sebesar 2,75%.

Sejak awal Juli 2013, harga minyak WTI kembali bergerak di atas US$ 100 per barel. Sejak saat itu, harga minyak relatif menanjak dan sempat menyentuh level tertinggi di US$ 107,29 per barel pada 16 Agustus 2013.


Krisis politik di Suriah memang kian memanas. Menteri Luar Negeri AS, John Kerry mengingatkan, Suriah harus bertanggung jawab dalam penggunaan senjata kimia di negeri itu. Telah ada bukti-bukti rezim Presiden Suriah, Bashar al-Assad, menggunakan senjata kimia untuk melawan warganya.  

Nizar Hilmy, analis SoeGee mengatakan, pernyataan Kerry tersebut mengindikasikan adanya potensi bagi AS untuk mengambil tindakan militer terhadap rezim al- Assad. "Pasar khawatir intervensi Amerika di Suriah akan membuat situasi di Timur Tengah makin pelik. Ini membuat harga minyak melonjak," ujar Nizar.

Namun hingga kini, Presiden AS, Barack Obama belum memutuskan akan melakukan intervensi dengan mengirimkan pasukan ke Suriah atau tidak. "Jika diperkirakan ketidakpastian situasi politik di Timur Tengah akan berakhir dalam waktu dekat, namun buktinya tidak mengarah ke situ," ujar Erik Wytenus, Kepala Riset Komoditas dan Valuta Asing di JP Morgan Private Bank di Asia kepada Bloomberg.

Sekadar informasi, berdasarkan data International Energy Agency (IEA), negara-negara di Timur Tengah menyumbang 35% dari total produksi minyak dunia pada kuartal-I tahun ini

Masih akan reli

Daru Wibisono, analis Monex Investindo Futures menambahkan, penguatan harga minyak, kemarin, juga disokong oleh rilis data permintaan durable goods di AS pada Juli lalu yang merosot hingga 7,3% dibandingkan bulan sebelumnya. Data ini muncul tidak lama setelah anjloknya rilis data penjualan rumah baru di AS.

Ini mengindikasikan ekonomi AS belum pulih benar, sehingga spekulasi pengurangan stimulus dari The Fed pada tahun ini, bisa sedikit mereda. Berdasarkan survei Bloomberg, indeks kepercayaan konsumen AS pada bulan ini kemungkinan akan turun ke level 70 dari level 80,30 di bulan Juli.

Berdasarkan survei terpisah, sekitar 65% ekonom memprediksi, The Fed akan melakukan pemungutan suara untuk menghitung ulang besaran stimulus yang akan digelontorkan pada pertemuan di pertengahan bulan depan.

Secara teknikal, Daru mengatakan, dalam sepekan ke depan harga minyak masih akan melanjutkan reli. Ini terlihat dari harga yang saat ini di atas moving average (MA) 50,100 dan 200.     

Indikator stochastic juga masih cenderung naik. Indikator relative strength index (RSI) bergerak naik dan stabil di kisaran 30 hingga 70 juga menunjukkan potensi penguatan. Potensi kenaikan harga minyak juga bisa dilihat dari posisi indikator moving average convergence divergence (MACD) yang masih bergerak di atas level 0.    

Proyeksi Daru, dalam sepekan, harga minyak mentah akan menguat di kisaran US$ 108-US$ 109 per barel. Prediksi Nizar, harga minyak akan berada di rentang US$ 104- US$ 108 per barel.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini