KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Harga minyak mengalami tren penurunan akhir-akhir ini, padahal tensi geopolitik di Timur Tengah kian memanas. Berdasarkan Trading Economics, Minggu (20/10), pukul 18.42 WIB harga minyak WTI turun 2,5% dalam sehari ke level US$ 69,220 per barel. Bahkan dalam sepekan terakhir minyak WTI turun 8,39%. Pengamat Pasar Komoditas dan Founder Traderindo.com. Wahyu Tribowo Laksono mengatakan bahwa tensi geopolitik Timur Tengah belum signifikan sehingga belum mampu mengangkat harga minyak.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Terus Tertekan di Tengah Konflik Timur Tengah, Ini Penyebabnya "Pasar masih berpikir rasional bahwa perang besar akan sangat dihindari. Pun isu Iran-Israel hanya konflik regional terbatas," ucapnya kepada KONTAN, Minggu (20/10). Wahyu justru melihat pelemahan Harga minyak lebih disebabkan kekecewaan pasar terhadap rencana stimulus China yang kurang detail. Ditambah lagi dengan perlambatan inflasi di China yang turun lebih tajam dari perkiraan, mengindikasikan permintaan yang terus melemah pada September. Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Lukman Leong, mengatakan pernyataan Israel yang menyebut tidak akan menyerang fasilitas minyak dan nuklir Iran mengindikasikan tidak akan ada gangguan pada produksi.
Baca Juga: Harga Minyak Anjlok, Penurunan Mingguan Lebih dari 7% Akibat Prospek Suram China Selain itu, permintaan global yang melemah, terutama dari China, juga turut menekan harga. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga sudah merevisi proyeksi permintaan minyak, dengan penurunan terbesar berasal dari China. "Permintaan yang lemah. Revisi OPEC memang sebagian besar dari China, dari 100 ribu barel per hari (bph), 70.000 penurunannya disumbangkan China," kata Lukman kepada KONTAN, Jumat (18/10).
Ke depannya, Lukman memproyeksi apabila situasi Timur Tengah tidak menggangu produksi dan pasokan maka minyak akan turun ke US$ 60 per barel, bahkan berpotensi menuju US$ 50 perbarel. Namun jika situasi Timur Tengah menganggu pasokan, maka harga minyak berpotensi naik ke US$ 80 hingga US$ 100 per barel.
Baca Juga: Cegah Lonjakan Harga, Perlu Strategi Efektif Tetapkan Tarif Angkutan Batubara Sedangkan Wahyu skeptis harga minyak bisa mencapai US$ 100 per barel. Ia melihat ada peluang harga minyak turun ke bawah US$ 70 per barel. Namun untuk akhir tahun menitnya harga minyak masih sanggup di US$ 80 per barel. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli