Harga minyak masih berpotensi turun di tengah konflik Timur-Tengah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati dunia masih diliputi oleh konflik geopolitik di kawasan Timur Tengah, harga minyak mentah diperkirakan akan bergerak melandai dan bukan mustahil terkoreksi dalam waktu dekat.

Sekadar catatan, Selasa (23/7) pukul 17.00 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman September 2019 di New York Mercantile Exchange (Nymex) naik tipis 0,04% ke level US$ 56,24 per barel.

Di sisi lain, harga minyak Brent untuk kontrak pengiriman September 2019 di ICE Futures turun 0,09% ke level US$ 63,20 per barel.


Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menilai, insiden penahanan kapal tanker Inggris oleh Garda Revolusi Iran di Selat Hormuz beberapa hari lalu membuat harga minyak kembali bergejolak.

Baca Juga: Insiden penyitaan kapal tanker Inggris membuat harga minyak kembali melonjak

Tindakan ini disinyalir merupakan balasan Iran yang mengklaim Inggris juga pernah menyita kapal milik negara Persia tersebut.

“Ketegangan antara Iran, AS, dan sekutunya termasuk di dalamnya Inggris semakin meningkat,” kata dia, hari ini.

Akan tetapi, Badan Energi Internasional (IEA) telah mengantisipasi peningkatan tensi geopolitik di Timur Tengah. Dalam hal ini, jika ekskalasi konflik terus meningkat, IEA akan melakukan intervensi dengan cara menambah pasokan minyak global sekitar 900.000 barel per hari.

Hal ini dilakukan untuk menahan laju kenaikan harga minyak yang terlalu cepat. Di samping itu, upaya IEA juga diperlukan untuk menjaga pasokan minyak global yang terganggu akibat serangkaian insiden di Selat Hormuz yang menjadi jalur distribusi utama komoditas tersebut.

Editor: Yudho Winarto